Namun, sudah tidak ada pilhan lain, maka beliau tetapkan hati untuk terus melanjutkan kuliah sampai selesai S1. Seiring waktu beliau mulai mendapatkan satu keyakinan bahwa menjadi guru adalah yang paling tepat, karena guru merupakan profesi mulia.Â
Hal ini dipicu juga, karena mendiang ayah beliau seorang guru Sekolah Dasar.
Berbekal darah guru, maka mengalir darah guru pula di tubuhnya. Setelah menamatkan S1 pada tahun 2005 beliau menjadi guru. Tahun 2006 dibuka penerimaan CPND dan ada formasi guru Ekonomi. Beliau mengikuti seleksi CPNSD dan puji Tuhan kata beliau, Pak Albert dinyatakan lulus. Kemudian menjadi ASN, dan sekarang menjabat sebagai wakil kepala sekolah.
Beliau kemudian ditempatkan di SMAN 1 Rote Barat. Kurang lebih mengabdi 3 tahun tepatnya tahun 2009 beliau di mutasi ke SMAN 1 Lobalain hingga saat ini.Â
Semasa studi di kampus beliau aktif juga di organisasi kampus dan pernah menduduki puncak kepengurusan organusasi kampus yaitu menjadi ketua Badan Legislatif Mahasiswa tingkat Perguruan Tinggi tahun 2003 di Universitas Nusa Cendana Kupang NTT.Â
Nah, karena memimpin teman-teman mahsiswa melakukan aksi protes ketika ada kebijakan kenaikan SPP, beliau sempat di skorsing 2 semester akademik tahun 2004 yang berdampak pada tertundanya penyelesaian studi S1 beliau. Barulah setelah menjalani sanksi beliau kembali aktif kuliah dan menyelesaikan S1 Â tahun 2005.
Perlu diketahui, belum banyak anak muda di NTT yang melanjutkan ke perguruan tinggi di kota. Kisah Pak Albert menjadi contoh bahwa pendidikan tinggi masih sangat mahal di provinsi ini. Itu;ah mungkin yang diinginkan gubernur NTT bapak Viktor. Beliau ingin ada revolusi mental di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sekarang omjay lanjutkan kembali tentang kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi ya!
Bagaimana kebijakan ini dapat dilaksanakan? Kebijakan di NTT ini dapat dilaksanakan belum untuk semua sekolah. Baru diujicobakan untuk 10 sekolah saja, dan terbatas hanya untuk siswa kelas 12 saja. Jadi tidak benar untuk semua siswa.
Apa yang sebaiknya dilakukan? Kita lihat saja dulu kebijakan ini dilaksanakan. Kalau efektif dan diterima oleh mereka yang melaksanakannya, bisa dilanjutkan untuk menjadi terobosan baru dalam dunia pendidikan.
Siapa yang melakukan kebijakan ini? Tentu saja guru dan siswa harus sanggup melakukannya. Juga dukungan dari orang tua siswa. Rekam jejak akademis akan terlihat kalau sudah dilaksanakan selama sebulan. INi bentuk revolusi mental yang ingin dilakukan pak Gubernur NTT.