Inilah derita guru penggerak. Omjay tak akan menceritakan kepada siapapun. Hanya kepada anda pembaca kompasiana tercinta. Oleh karenanya, izinkan Omjay bercerita panjang lebar di kompasiana. Semua itu sebenarnya sudah disampaikan oleh ibu Lely Suryani di PGRI. Beliau menceritakan kiat sukses wawancara calon guru penggerak.
Salut dengan kawan-kawan guru penggerak. Mereka memang layak disebut guru penggerak. Walaupun mereka tak digaji satu bulan gaji oleh kemdikburistek, mereka tetap bergerak dan menggerakkan kawan lainnya. Hanya memberi tak harap kembali.
Omjay masih ingat ketika mengikuti proses wawancara guru penggerak. Dagdigdug hati ini dibuatnya. Omjay pasti sedih bila tidak terpilih. Sebab sudah mengalami kegagalan di calon guru penggerak angkatan 5.
Malam ini kami cgp7 berdiskusi secara langsung dan belajar tentang pembelajaran berdiferensiasi. Melihat siswa dengan keunikannya masing-masing dan membuat mereka menjadi bintang dan sang juara di kelasnya.
Alhamdulilah Omjay dinyatakan lolos menjadi calon guru penggerak angkatan 7. Omjay banyak ditanya oleh dua orang asesor yang baik hati. Omjay ditanya apa yang sudah dilakukan selama ini. Omjay jawab saja apa adanya. Kami sedang berkolaborasi di PGRI. Kami belajar bersama melalui wa group KBMN PGRI dan belajar membuat puisi.
Kami menjaga PGRI agar tetap abadi. Itulah salah satu tulisan pak Catur nur oktovian, wakil bendahara umum PGRI. Guru penggerak harus juga mampu berorganisasi dan memahami pembelajaran berdiferensiasi.
PGRI memiliki tiga jati diri, sebagai organisasi profesi, perjuangan, dan ketenagakerjaan.Â