Saat sedang makan siang, Omjay mendapatkan informasi tentang sebuah aplikasi yang meresahkan guru, tapi disukai peserta didik. Informasinya dapat ditonton di link tiktok di bawah ini. Durasinya hanya 2 menit lewat 07 detik.
https://vt.tiktok.com/ZS8rJVdee/
Seorang kawan bertanya kepada Omjay. "OmJay, sebagai guru resah nggak dengan adanya ChatGpt?"
Begitulah Mas Wicaksono yang biasa kami sapa Ndoro Kakung memberikan link di wa group GNLD Siberkreasi. Sebuah gerakan nasional dalam bidang literasi digital. Saat ini siberkreasi diketuai oleh mas Donny Budi Utomo, kami memanggilnya mas Donny BU.
Sebelum Omjay menjawab, sudah ada Kang Asep Kambali (sejarawan terkenal Indonesia) yang memberikan jawaban. Isinya sangat bagus dan mohon izin omjay bagikan di kompasiana.
Yth. Ndoro, dkk., yang lebih mengerikan adalah jika sistem open AI yang dirancang/dibuat/disetting berisi narasi sejarah yang diputarbalikan/digunakan untuk kepentingan tertentu yang bertujuan negatif, mengadu domba/memecah belah bangsa/negara. Ini bakal bahaya banget.
Misal: pada Kongres Pemuda II (28 Okt 1928) yang menghasilkan Deklarasi Sumpah Pemuda sesungguhnya terdapat kontribusi anak2 muda dari berbagai bangsa di Nusantara, termasuk etnis Tionghoa dan etnis Arab.
Nah untuk kepentingan kelompok tertentu, bisa saja sejarah tersebut diubah narasinya, bahwa yang berperan di Sumpah Pemuda ya kelompok mereka saja.
Atau contoh lain, soal Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura yang bernama asli Thomas Matulessy. Kemudian ada salah satu pemuka agama yang menyebarkan narasi yang keliru bahwa Pattimura sebenarnya bernama Ahmad Lussy, ia beragama Islam dan namanya diganti karena ada upaya kristenisasi di Ambon.
Celaka gak?