Omjay diajak ke ruang bimbingan konseling dan diajak ngopi dulu oleh panitianya. Sekotak kue dan sebotol minuman air mineral disuguhkan panitia. Â Alhamdulillah rezeki anak sholeh, he-he-he.
Panitia sangat ramah menyambut kedatangan kami sebagai pengawas eksternal. Omjay berkenalan dengan pak Zaka dan pak Al Rasyid yang menjadi wakil kepala sekolah bidang akademik di SMP Al Washliyah I. Sekolah ini terakreditasi A dan menampung sekitar 220 orang siswa.
SMP Al Washliyah I belajar siang hari pukul 12.30 WIB. Pagi hari sekolah dipakai SMK dengan jurusan akuntansi dan perkantoran. Sambil menunggu jadwal mengawas ANBK, Omjay ikut sholat berjamaah di mushollah sekolah yang berada di lantai satu.Â
Omjay bertemu dengan salah satu pengurus yayasan dan mendapatkan informasi kalau sekolah ini didirikan tahun 1963. Saat itu Omjay belum lahir. Sekolah ini sudah berdiri dan merupakan tempat pengajian dan pusat studi di kalangan warga Al Washliyah.
Seiring perjalanan waktu, sekolah ini terus berkembang, dan menjadi sekolah umum di bawah naungan yayasan Al Washliyatuddarain. Siswanya cukup banyak dan mulai menurun ketika ada pandemi covid19.
Kebanyakan siswanya adalah dari golongan menengah ke bawah dan rata-rata merupakan siswa yang mendapat bantuan kartu Jakarta pintar atau KJP dari pemerintah provinsi DKI Jakarta.
Pak Al Rasyid cerita. Pernah ada tiga orang anak yang terpaksa tidak bisa sekolah karena covid19. Mereka harus pulang kampung karena asramanya ditutup. Mereka tak punya saudara di Jakarta. Selama di kampung tidak ada komunikasi dan akhirnya mereka mengalami learning loss.
Untunglah masih ada orang yang baik hati dan membantu mereka untuk bisa sekolah kembali. Ada beberapa kasus siswa diceritakan kepada Omjay dan membuat Omjay belajar bagaimana mengelola sekolah yang baik di masa pandemi covid19. Omjay bersyukur dapat be;ajar langsung di sekolah ramah anak ini.
Ternyata tidak mudah mengelola sekolah yang mampu bertahan dengan akreditasi A. Banyak sekolah swasta yang kehilangan murid atau siswa di masa pandemi covid19. Siswa belajar dengan fasilitas yang ada dari rumahnya masing-masing. Guru yang mengajar harus bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut. Aplikasi yang paling banyak digunakan adalah WhatsApp.
Saat Omjay menjadi pengawas, proktor dan teknisinya semuanya perempuan dan kepala sekolahnya juga perempuan. Mereka nampak menguasai di bidangnya masing-masing.