Siswa yang memang tidak naik kelas seharusnya sudah terindentifikasi sejak awal yakni dari proses setiap pembelajaran. Siswa tersebut adalah siswa yang tidak mau mengikuti proses baik itu proses pembelajaran (kentara dari penilaian proses), dan proses remedial (hasil dari analisis ulangan).
Nah, siswa yang memang tidak mau mengikuti proses seperti ini kemudian diberi nilai agar siswa tersebut tetap naik kelas, barulah kita bisa mengerti hal seperti ini akan "mengembosi" idealisme guru.Â
Namun, jika karena guru tidak menjalankan ketiga standar tadi dengan benar dan kemudian nilai siswa rendah alias tidak tuntas, sesungguhnya yang dirugikan bukan guru melainkan siswa. Karena guru tidak memberi pelayanan prima kepada siswa.
Dalam kurikulum merdeka, guru harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa atau muridnya. Nilai siswa yang rendah, bisa jadi bukan kesalahan siswa semata, tapi juga kesalahan guru dalam melaksanakan ketiga standar pendidikan.
Demikianlah kisah Omjay dalam kesiapanku mengimplementasikan kurikulum merdeka sesuai dengan tema yang diberikan oleh panitia di Kompasiana. Sebenarnya masih ada tips dan trik lainnya yang akan Omjay bagikan pada kawan guru lainnya. Ditunggu saja kisah Omjay berikutnya. He-he-he.
Salam blogger persahabatan
OmjayÂ
Guru blogger Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H