Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Citayam Fashion Week dan Kurikulum Merdeka yang Lagi Booming

25 Juli 2022   19:04 Diperbarui: 26 Juli 2022   10:46 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini, banyak orang menulis tentang Citayam Fashion Week (CFW) dan kurikulum merdeka (Kurma). Kedua isu ini menarik perhatian Omjay untuk menuliskannya. Terutama dari sisi kreativitas. Sebab dengan kreativitas itu kami melepas dan meluluskan siswa seperti Baim Wong dan para pesohor lainnya di negeri ini.

Jadi, omjay menulis ini bukan karena kakak kandung omjay tinggal di Citayam, bukan pula karena sekolah omjay sudah menggunakan Kurma. Melainkan karena Omjay tergoda untuk menuliskannya dalam sudut pandang yang berbeda. Sebab berkat Baim Wong, kreativitas anak muda tersalurkan. Omjay agak berbeda pendapat dengan kawan blogger kompasiana di sana.

Mari kita tonton sampai habis video kanal anak bangsa berikut ini:

Citayam Fashion Week adalah upaya sebuah komunitas anak muda yang berusaha tampil apa adanya. Mereka datang dari kalangan orang biasa dan memanfaatkan fasilitas umum untuk mengembangkan kreativitasnya. Komunitas anak pinggiran yang berusaha cari hiburan di ibukota. Ini adalah bentuk kreativitas positif yang harus diapresiasi oleh pemerintah ibukota Jakarta. 

Supaya kreativitas mereka tersalurkan secara positif, harus ada panutan yang bisa menjadi contoh mereka agar tak tersesat jalan. Angkutan publik yang sangat lancar dan tempat nongkrong yang nyaman di Dukuh Atas, membuat mereka berkreativitas. Walaupun mereka adalah anak-anak yang putus sekolah. Baim Wong turun tangan langsung dengan memberikan mereka uang kontan sebesar Rp. 500.000.000. Baim Wong bahkan sudah mendaftarkan HAKI dan menyiapkan acara di bulan Agustus untuk mereka.

Mereka para kaum marjinal selalu tampil apa adanya, bukan kaum selebritis yang tampil ada apanya. Wajarlah bila kemudian kaum pesohor tampil di CFW. Mereka para pengekor itu menjadi penumpang gelap viralnya CFW. Kita menjadi tahu siapa yang pelopor dan siapa yang pengekor. 

CFW memang seperti gula yang manis. Ada gula ada semut. Semoga janji Baim Wong ditepati. Alumni Labschool selalu teguh memegang janji. Itulah yang omjay tahu sebagai guru di Labschool dari tahun 1992.

Perlu anda ketahui. Ada sekelompok orang yang menjadikan CFW untuk menjadi ladang cuan atau uang. Aji mumpung dilakukan dengan mendompleng CFW.  Mereka berharap dapat cuan dari viralnya CFW.

Perang antar pengusaha media dan konten kreator terjadi di media sosial. Perlu orang-orang seperti Baim Wong dan istrinya Paula yang bisa mengangkat Bonge, dkk dari kepahitan hidup yang mereka rasakan. Inilah pekerjaan rumah yang sebenarnya menjadi kerja bersama kita. Komunitas CFW sebaiknya yang diberikan HAKI, namun Baim Wong mengambil alih untuk menyelamatkannya.

Omjay memberikan apresiasi untuk Baim Wong. Kita tidak boleh berburuk sangka dulu, sebelum tahu apa yang hendak dilakukannya.

Begitu juga dengan kurikulum merdeka. Banyak guru yang salah dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka atau IKM. Kita harus meluruskan IKM sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pejabat di kemdikbudristek berikut ini.


Pertama, ganti kurikulum di Indonesia bukanlah tujuan. Kita melihat kurikulum merdeka atau kurma sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Kedua bahwa seolah-oleh ada pelaksanaan kurikulum merdeka yang benar dan salah. Dalam kurma tidak ada benar salah. Setiap sekolah akan berbeda penerapannya sesuai dengan karakteristik siswa dan tumbuh kembang siswa.

Ketiga, seolah-olah guru harus menunggu pelatihan dari pusat dulu. Padahal, bapak ibu guru tidak perlu menunggu pelatihan dari pusat, bapak ibu bisa berinisiatif belajar kurma secara mandiri, dan tidak ada pelatihan kurma yang seragam. Bapak ibu guru bisa bergabung di komunitas lingkar belajar guru di PGRI.

Keempat, pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka (IKM), tidak bisa instan, dan harus mengalami proses yang terus menerus untuk belajar kurma, semua perlu proses untuk mengubah cara guru mengajar dan meningkatkan kompetensi guru.

Kelima, kurma tidak hanya bisa diterapkan di sekolah yang fasilitasnya lengkap, tetapi juga di semua sekolah dimanapun, termasuk di daerah pelosok atau 3T sesuai dengan kesiapan sekolah.

Seorang kawan blogger menulis komentar di tulisan omjay di sini.

Ya Om...ini benar banget, karena belum semua guru memafami tentang IKM. Webinarnya pun belum semua guru mengikuti. Jadi oleh karena itulah makanya masih banyak terdapat dilapangan miskonsepsi. Guru-guru masih banyak yang bingung apa yang harus mereka lakukan. Walaupun kepala sekolah sudah memberikan pengarahan dan meminta para guru untuk belajar sendiri melalui YouTube dan flaporm merdeka. Sebaiknya pemerintah menfasilitasi semua guru untuk mengikuti pelatihan IKM ini. Agar miskonsepsi tidak ada lagi dilapangan. 

Di dalam dunia pendidikan kita telah terjadi miskonsepsi kurma, oleh karena itu kita perlu melihat bahwa kurma adalah satu dari upaya yang lebih menyeluruh (sistemik) yang bermuara pada satu tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Adapun prinsip kurma berorientasi pada murid dan materi esensial, guru tidak perlu terburu-buru dalam mengajar, ada jam pelajaran khusus untuk Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), karena pendidikan karakter tidak bisa diceramahkan, tapi ditunjukkan dan diberikan keteladanan. Itulah mengapa dalam Struktur Kurma dibuat Fleksible, agar dapat diimplementasikan di semua sekolah.

Demikianlah sedikit kisah omjay hari ini. Nanti Omjay lanjutkan kembali di tulisan berikutnya. CFW dan Kurma memang isu yang bisa diperdebatkan dan diskusikan. Mari kita duduk bersama dan berkumpul dalam satu meja untuk membicarakannya.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun