Begitu juga dengan kurikulum merdeka. Banyak guru yang salah dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka atau IKM. Kita harus meluruskan IKM sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pejabat di kemdikbudristek berikut ini.
Pertama, ganti kurikulum di Indonesia bukanlah tujuan. Kita melihat kurikulum merdeka atau kurma sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kedua bahwa seolah-oleh ada pelaksanaan kurikulum merdeka yang benar dan salah. Dalam kurma tidak ada benar salah. Setiap sekolah akan berbeda penerapannya sesuai dengan karakteristik siswa dan tumbuh kembang siswa.
Ketiga, seolah-olah guru harus menunggu pelatihan dari pusat dulu. Padahal, bapak ibu guru tidak perlu menunggu pelatihan dari pusat, bapak ibu bisa berinisiatif belajar kurma secara mandiri, dan tidak ada pelatihan kurma yang seragam. Bapak ibu guru bisa bergabung di komunitas lingkar belajar guru di PGRI.
Keempat, pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka (IKM), tidak bisa instan, dan harus mengalami proses yang terus menerus untuk belajar kurma, semua perlu proses untuk mengubah cara guru mengajar dan meningkatkan kompetensi guru.
Kelima, kurma tidak hanya bisa diterapkan di sekolah yang fasilitasnya lengkap, tetapi juga di semua sekolah dimanapun, termasuk di daerah pelosok atau 3T sesuai dengan kesiapan sekolah.
Seorang kawan blogger menulis komentar di tulisan omjay di sini.
Ya Om...ini benar banget, karena belum semua guru memafami tentang IKM. Webinarnya pun belum semua guru mengikuti. Jadi oleh karena itulah makanya masih banyak terdapat dilapangan miskonsepsi. Guru-guru masih banyak yang bingung apa yang harus mereka lakukan. Walaupun kepala sekolah sudah memberikan pengarahan dan meminta para guru untuk belajar sendiri melalui YouTube dan flaporm merdeka. Sebaiknya pemerintah menfasilitasi semua guru untuk mengikuti pelatihan IKM ini. Agar miskonsepsi tidak ada lagi dilapangan.Â
Di dalam dunia pendidikan kita telah terjadi miskonsepsi kurma, oleh karena itu kita perlu melihat bahwa kurma adalah satu dari upaya yang lebih menyeluruh (sistemik) yang bermuara pada satu tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Adapun prinsip kurma berorientasi pada murid dan materi esensial, guru tidak perlu terburu-buru dalam mengajar, ada jam pelajaran khusus untuk Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), karena pendidikan karakter tidak bisa diceramahkan, tapi ditunjukkan dan diberikan keteladanan. Itulah mengapa dalam Struktur Kurma dibuat Fleksible, agar dapat diimplementasikan di semua sekolah.