Hari ini adalah hari kebangkitan Nasional. Hari ini dimana bangsa Indonesia merayakan hari kebangkitan nasional. Hari dimana bangsa Indonesia bersatu untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Kemarin Omjay diajak kopdar sama pak Asep Suparman dari Rejang Lebong Bengkulu. Beliau ingin bertemu direktur SMK Kemdikbudristek.Â
Selain pak Asep ada juga bu Serie dan bu Amelie. Mereka berdua adalah pengawas sekolah SMP dan SMA yang sedang mengurus kenaikan pangkat dan tunjangan sertifikasi pengawas. Mereka datang dari jauh yang berada di kabupaten gunung mas, Kalimantan tengah.
Ternyata pak direktur SMK tidak ada ditempatnya. Kami langsung meluncur ke gedung C yang mengurusi pelayanan sertifikasi guru. Dari gedung C kami diarahkan ke gedung E. Sebab status mereka adalah pengawas dan dari gedung E, kami diarahkan untuk ke lantai 14 gedung D bertemu dengan petugas yang melayani sertifikasi pengawas.
Pak Asep pamit duluan karena ada kegiatan PGRI di hotel fave pasar baru. Katanya taksinya sudah menunggu. Tinggallah kami bertiga yang bergerak menuju gedung D. Omjay sendiri tadinya ada acara internet sehat di hotel Mercure cikini. Tapi Omjay cancel untuk mendampingi kawan-kawan pengawas yang berasal dari kabupaten gunung mas Kalimantan tengah.
Dari lantai 14 kami mendapatkan penjelasan bahwa tunjangan sertifikasi guru ibu Amelie belum bisa dicairkan. Sebab beliau sekarang menjadi pengawas sekolah. Sementara aturannya harus mengikuti diklat calon pengawas sekolah. Sementara itu beliau belum mengikutinya karena sudah tidak ada. Beliau diangkat menjadi pengawas sekolah oleh bupati gunung mas, karena prestasinya.Â
Menurut informasi yang kami terima, kita akan mendapatkan tunjangan sertifikasi pengawas kalau mengikuti aturan yang ada. Aturan ini yang mengganjal seorang guru yang menjadi pengawas untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi.
Kemdikbudristek akan membuka program untuk pengawas sekolah penggerak. Sementara itu, di tempat bu Amelie belum ada sekolah binaannya yang menjadi sekolah penggerak. Ya Allah bantulah kami dalam menyelesaikan Masalah ini.
Di kantor Kemdikbudristek gedung D kami juga bertemu kawan-kawan guru honorer dari tegal yang sedang memperjuangkan haknya ke Kemdikbudristek. Mereka mengenakan seragam PGRI. Kamipun langsung berkenalan dan tukar menukar nomor WhatsApp.
Masalah sertikasi pengawas ini harus dicarikan solusinya. Kamipun menemui pak Agus Sukoco yang sedang berada di SMPN 19 Jakarta Selatan. Jadilah kami bertemu dadakan di SMPN 19 Jakarta Selatan. Kami berharap ketua asosiasi pengawas sekolah bapak Agus Sukoco, membuat surat resmi ke Kemdikbudristek agar pengawas yang sudah punya NUPTK dan punya sertifikat pendidik dapat dimudahkan dalam mengurus pencairan dana tunjangan profesi pengawas. Karir mereka naik dari guru PNS menjadi pengawas, tapi malah tidak bisa dapat tunjangan profesi pengawas.
Selama menjadi guru IPS di SMP, tunjangan profesi beliau lancar sampai tahun 2020. Namun setelah diangkat menjadi pengawas, beliau malah tidak mendapatkan tunjangan profesi pengawas. Hal itulah yang beliau urus sampai ke Jakarta. Sebab di daerah tidak ada solusinya. Ternyata yang mengalami hal ini bukan bu Amelie saja, tapi masih banyak pengawas lain yang juga mengalaminya.
Di SMPN 19 Jakarta Selatan kami bertemu dengan bapak ibu pengawas dan kepala sekolah yang akan mengikuti akreditasi sekolah. Kebetulan pak Agus Sukoco menjadi salah satu narasumber kegiatan ini.
Setelah sholat ashar, saya bertemu dengan sahabat lama saya pak Fahrudin dan pak Satimin di SMPN 19 Jakarta Selatan. Senang sekali bisa kopdar dadakan dengan mereka. Kami banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman tentang kepemimpinan kepala sekolah dan menangani anak cerdas berbakat. Dulu SMPN 19 adalah sekolah RSBI dan sekolah anak-anak cerdas luar biasa dan ikut program akselerasi, dimana siswa dapat bersekolah di SMP selama 2 tahun.
Tak terasa obrolan kami cukup lama. Terutama tentang tunjangan sertifikasi pengawas sekolah yang tidak bisa cair karena ada aturan dari kemdikbud yang semestinya bisa direvisi dan koreksi. Semoga asosiasi profesi pengawas dan PGRI bisa ikut memperjuangkannya.
Omjay bertanya kepada kawan-kawan pengawas dari gunung mas. Apakah sudah pernah naik busway dan MRT di Jakarta? Mereka menjawab belum pernah. Jadilah kami jalan-jalan menikmati kota jakarta dengan MRT dan busway.
Akhirnya kesampaian juga naik MRT dari bunderan Hotel indonesia ke blok M. Di plaza blok M, kami makan malam. Sempat bingung juga sewaktu mengurus tiket MRT. Alhamdulillah ada petugas MRT yang baik hati.
Pulang dari blok M, bu Amelie minta diajak naik busway. Senang sekali melihat mereka bahagia. Mereka datang dari jauh dan bisa menikmati transportasi DKI Jakarta yang yang modern. Rasa kecewa karena tunjangan sertifikasi tidak cair, dapat terobati dengan jalan-jalan di kota Jakarta.
Setelah mengantar Bu seri dan bu amelie, omjay diantar supir mikrolet yang baik hati ke halte busway terdekat. Pukul 23.00 WIB, omjay sampai sekolah Labschool dan mengambil mobil untuk kembali ke rumah.
Pesan saya kepada para pejabat Kemdikbudristek, mohon jangan hapus tunjangan sertifikasi pengawas. Mereka adalah orang-orang yang telah berjasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka sudah menjalankan kewajibannya dengan baik dan berprestasi. Tunjangan sertifikasi pengawas adalah bonusnya.
Demikianlah kisah Omjay kali ini. Semoga tulisan ini dibaca oleh para penentu kebijakan. Terutama para pejabat Kemdikbudristek.
Salam blogger persahabatan
OmjayÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H