Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisahku tentang Toleransi Beragama

18 April 2022   06:53 Diperbarui: 18 April 2022   06:56 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah sudah sampai sekolah. Tidak ditemui kemacetan kota Jakarta di pagi hari. Jakarta yang biasanya macet kini lancar.

Selancar hubungan kami dengan tetangga yang berbeda agama. Kebetulan banyak tetangga kami yang beragama Kristen. Walaupun berbeda agama, kami tetap saling menghormati. Kerukunan hidup umat beragama selalu terjalin mesra.

Sewaktu kami sekeluarga terpapar covid19, tetangga kamilah yang bersusah payah memasak. Bu Belen memasak sayur sup dan lauk pauknya. Saat berbuka puasa beliau juga suka mengirimkan makanan ke rumah kami.

Saat bu Belen merayakan hari raya Natal, kami sekeluarga berkirim parcel sebagai ucapan selamat kepada keluarga Bu Belen yang merayakan Natal.

Di kompleks perumahan kami toleransi beragama sangat terjalin mesra. Tak pernah ada bentrok atau perselisihan hanya karena berbeda-beda agama. Kami seperti saudara kandung yang saling tolong menolong dalam kebaikan.

Dulu sewaktu Oma masih hidup, kami sudah mengganggap orangtua sendiri. Oma tetangga kami bergama Katholik dan kami beragama Islam. Oma selalu mengingatkan saya agar jangan terlalu gemuk. Sebab orang gemuk gerakannya tidak bisa cepat. Sejak saat itu saya mulai mengurangi berat badan.

Dokpri
Dokpri

Kini Oma telah tiada. Namun pesannya selalu saya jalankan. Saya selalu rapihkan halaman rumahnya dan saya pakai untuk berkebun. Alhamdulillah anaknya Oma yaitu mas Toni sudah memberikan izin untuk menanam berbagai aneka tanaman di depan rumah Oma. Sekarang pohon jeruk sedang berbuah.

Demikianlah sedikit kisah toleransi beragama di kompleks perumahan kami yang ada di Jatibening Indah Pondok Gede Bekasi. Semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun