Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggiatkan Kembali Permainan Tradisional agar Tak Punah Dimakan Zaman

11 Maret 2022   22:36 Diperbarui: 12 Maret 2022   07:57 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi sore Bapak Fajar Tri Laksono mengirimkan Flyer kegiatan kelas inovasi PGRI. Beliau juga mengirimkan link zoom dan Link live youtube kegiatan di berbagai WA Group yang dikelola Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). 

Saya langsung tertarik dengan materinya dan pukul 19.00 WIB saya sudah join di zoom. Padahal kegiatannya baru dimulai pukul 19.30 WIB. Kesempatan itu saya gunakan untuk berkenalan dengan narasumber dan beberapa kawan guru yang lama tak saling jumpa di dunia nyata. 

Tema kegiatan malam ini di kelas inovasi adalah Menggiatkan Kembali Permainan Tradisional saat Pertemuan Tatap Muka (PTM) Terbatas di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 

Ibu Sunarmi Juweni dari Samarinda, Kalimantan Timur, ditunjuk sebagai moderatornya. Beliau adalah guru bahasa Inggris di SMP Negeri yang aktif di kelas Bicara dan Bahasa Inggris.

Ibu Hindah Setianingsih, S.Pd, M.Pd menjadi narasumbernya. Beliau guru PAUD  TK Kartini di daerah Pacul, Bojonegoro, Jawa Timur. Beliau adalah guru inovatif dan inspiratif tingkat nasional yang banyak memberikan inspirasi kepada kawan-kawan guru di Indonesia. Khususnya di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Omjay diminta memberikan kata sambutan sebelum acara dimulai. Omjay menyampaikan kelas-kelas online yang dikelola APKS PGRI. Juga menyampaikan kegiatan lainnya untuk esok hari di APKS PGRI. Omjay berharap semalkin banyak guru mengikuti kegiatan di kelas Online ini. Jarak yang jauh menjadi terasa dekat berkat kemudahan dan kecanggihan teknologi.

Kelas Inovasi PGRI is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

Topic: Menggiatkan Kembali Permainan Tradisional Saat PTM Terbatas di PAUD
Time: Jumat, 11 Maret 2022 pukul 19:30 WIB

Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/99740401732?pwd=WXp4NkkwVWM2ZFN2SU43Mll0MmJ4UT09

Meeting ID: 997 4040 1732
Passcode: PGRI


Senang sekali bisa mendapatkan ilmu baru tentang dunia anak dari Ibu Hindah Setianingsih. Kita memerlukan banyak guru yang mampu mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak PAUD. Kita berharap permainan tradisional ini tidak punah dimakan zaman milenial.

Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Setiap daerah memiliki permainan tradisional yang unik.

Adapun beberapa penyebab permainan tradisional kurang diminati anak sekarang menurut ibu Hindah adalah:

  • Karena Faktor Orang tua
  • Lahan atau tempat untuk bermain anak semakin sempit
  • Di sekolah, sudah jarang diajak bermain permainan tradisional
  • Perkembangan teknologi, anak tidak tertarik untuk bermain
  • Pandemik yang berkepanjangan.

dokpri
dokpri

Ada banyak permainan tradisional yang kita kenal di Indonesia. Anda bisa membacanya di sana dan di sini.

Menurut Mulyani (2016: 47), permainan tradisional adalah suatu permainan warisan dari nenek moyang yang wajib dan perlu dilestarikan karena mengandung nilai-nilai kearifan lokal. 

Adapun jenis-jenis permainan tradisional menurut Mulyani (2016: 59-173) sangat beragam, seperti 

  1. petak umpet, 
  2. congklak, 
  3. lompat tali, 
  4. main kelereng, 
  5. benteng atau jaga tiang, 
  6. egrang, boy-boyan, 
  7. gatrik atau bentik, 
  8. ular naga, 
  9. engklek, 
  10. pletokan, 
  11. gasing, 
  12. layang-layang, 
  13. sepak bola, 
  14. kasti, 
  15. yoyo, 
  16. balap karung, 
  17. ketapel, 
  18. kejar-kejaran, 
  19. bola bekel, 
  20. pancasila lima dasar, 
  21. gobak sodor, 
  22. tikus dan kucing, 
  23. hompimpa. 

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa memainkan dan melestarikan permainan tradisional dapat membangun karakter cinta tanah air. Khususnya pada generasi muda atau anak-anak untuk sadar akan betapa kayanya Indonesia. Negeri kita memiliki keanekaragaman budaya. Permainan tradisional harus terus dilestarikan supaya tidak punah. Kegiatan permainan tradisional harus dikenalkan sejak dini.

Cara menggiatkan kembali permainan tradisional menurut ibu Hindah adalah:

  1. Mengadakan kegiatan parenting tentang permainan tradisional
  2. Mengenalkan permainan Tradisional
  3. Melakukan permainan tradisional dengan menyenangkan
  4. Melakukan permainan tradisional sesuai jadwal

dokpri
dokpri

Dalam penelitian seorang guru sekolah dasar yang bernama Maynar Dian Pratiwi di sini, pernah membahas tentang salah satu permainan tradisional. Seperti hasil penelitian Izza dkk. (2018: 82) permainan tradisional juga dapat mencerminkan wujud sikap generasi muda yang sadar akan rasa memiliki budaya dan mau melestarikannya. 

Menurut Wulandari (2015: 1) Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional antara lain : kejujuran, kerjasama, pengaturan strategi, kepemimpinan, kelincahan, sportifitas, demokrasi, kekompakan, kegembiraan, perjuangan, sosial skill, dan spiritual. 

Selain itu permainan tradisional merupakan sarana untuk mengenalkan anak-anak pada nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan untuk mengadakan hubungan atau kontak sosial dan memainkan peran sesuai dengan kedudukan sosial dalam masyarakat. 

Permainan tradisional juga dapat digunakan sebagai wahana tumbuh kembang anak yang mempunyai fungsi meningkatkan kemampuan fisik, moral, mental dan pikiran karena perpaduan antara olah raga, olah seni, dan olah pikiran. Begitulah intisari yang saya dapatkan dari materi malam ini.

Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa permainan tradisional memiliki nilai-nilai yang dapat dipetik, diantaranya adalah nilai demokrasi dan persatuan. Di dalam permainan tradisional, banyak nilai yang dapat diambil sebagai pembelajaran, diantaranya adalah kerjasama, demokrasi, sifat toleransi, dan persatuan. Selain itu melalui permainan tradisional, dapat menjalin rasa saling menghargai diantara siswa atau murid.

Untuk lebih lengkapnya, sebaiknya bapak ibu pembaca kompasiana menonton siaran ulangnya. Saya ingin menuliskannya secara detail, tapi mata ini sudah mengantuk. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk anda semua. Mari kita lestarikan permainan tradisional. Terima kasih Ibu Hindah Setianingsih. Semoga ibu bisa menerbitkan bukunya. Judulnya permainan tradisional Indonesia.


Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun