Baru saja saya ngobrol sama tukang tahu gejrot asli Cirebon. Biasanya beliau lewat di depan rumah setiap hari. Kali ini saya dan anak saya membelinya.
Tahu gejrotnya enak sekali. Saya terasakan pedasnya kuah tahu gejrot dengan cabe dan bawang uleknya. Tukang tahu gejrotnya juga pedes banget mengkritik pemerintah. Sambil ngulek, dia mengajak saya ngobrol.
Katanya pemilu mah tidak usah ditunda. Jalan aja normal seperti biasa. Rakyat kecil ingin sekali ada pemimpin baru. Itulah yang beliau katakan dengan polosnya. Sebab harga tahu sekarang kian mahal. Beliau sampai libur 3 hari karena pengusaha tahu dan tempe tidak jualan. Akibatnya pedagang tahu gejrot terkena juga imbasnya. Belum lagi harga minyak goreng yang meninggi.
Tukang tahu gejrot ngomongnya seperti pakar politik. Kalau pemilu ditunda, makan eh maka akan berakibat kepada pilkada dan pemilihan anggota DPR. Jadi jalan saja sesuai rencana dan amanah undang-undang yang berlaku. Saya suka dengan gaya bicaranya yang seperti Yusril, pakar hukum tata negara.
Anak saya Intan ikutan juga beli tahu Gejrotnya. Katanya cabenya itu bikin panas mulut. Sepanas hati ini mendengar celoteh tukang tahu gejrot. Saya ikut asyik dan menyimak langsung ocehan tukang tahu gejrot. Rasa tahu gejrotnya memang maknyus. Tak salah bila banyak yang membelinya. Ada saja tetangga kiro dan kanan yang membelinya.
Jadi ingat waktu kemarin mampir ke rumah Bu Lilis di Garut. Kami disuguhi beliau tahu gejrot. Rasanya enak dan tidak pedas. Istri minta buatnya jangan yang pedas. Beda sama anak saya. Tahu gejrotnya lebih suka dengan yang pedas. Begitu juga dengan rakyat Indonesia. Ada yang senang memberi kritik pedas dan ada yang biasa-biasa saja. Tapi, kritikan tukang tahu gejrot lebih pedas daripada tahu gejrot yang dibuatnya. Itulah ocehan beliau yang saya dengarkan sore ini. Sayang saya lupa merekamnya lewat ponsel.
Kebetulan admin kompasiana hari ini meminta kita untuk memberikan opini tentang penundaan pemilu 2024.Â
Bagi saya pribadi, pemilu lebih baik tidak ditunda. Walaupun ada pandemi korona selama 2 tahun lamanya. Biarkan nanti pemerintahan baru bekerja. Sudah saatnya kita ganti presiden. Pak Jokowi harus legowo menerima masukan rakyat yang dipimpinnya.
Ikuti konstitusi yang ada. Taati dan jangan benturkan rakyat dengan kepentingan penguasa. Rakyat Indonesia sekarang sudah pintar berpolitik. Jadi jangan sekali-kali membohongi rakyat dengan dalih kepentingan rakyat. Padahal sebenarnya untuk kepentingan penguasa. Rakyat memang perlu uang tapi rakyat lebih suka pemimpin yang dapat memberi solusi.
Wahai penguasa, berilah hambamu uang. Itulah salah satu syair lagu iwan fals. Rakyat sudah jenuh dengan hidup susah. Mereka ingin ada sosok pemimpin baru yang benar-benar memahami keinginan rakyat. Bukan memahami segelintir orang yang berkuasa. Rakyat sudah ingin ganti presiden. Semua itu lewat jalur pemilu dan pilpres.
Suara rakyat adalah suara Tuhan. Kalau tukang tahu gejrot saja sudah mengeluh itu tandanya pemerintah harus mulai instrospeksi diri dengan kinerjanya. Pilihlah pemimpin yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan rakyat Indonesia.
Pemilu tidak perlu ditunda. Pilihlah wakil u yang dapat dipercaya. Pemegang amanah penderitaan rakyat yang sempurna dan setia. Di bawah undang-undang dasar 45. Kita menuju ke pemilu yang jujur dan adil. Gunakan kecanggihan TIK untuk pemilu yang akan datang.
Pak Jokowi sebagai presiden sudah bagus tapi sudah habis masa tugasnya di tahun 2024. Jadi beliau harus rela melepaskan masa jabatannya. Biarkan presiden baru dan para menterinya bekerja . Biarkan rakyat merasakan kegembiraan dan bersuka ria di pemilu yang tak perlu ditunda.
Salam blogger persahabatan
Guru blogger Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H