Baru saja saya ngobrol sama tukang tahu gejrot asli Cirebon. Biasanya beliau lewat di depan rumah setiap hari. Kali ini saya dan anak saya membelinya.
Tahu gejrotnya enak sekali. Saya terasakan pedasnya kuah tahu gejrot dengan cabe dan bawang uleknya. Tukang tahu gejrotnya juga pedes banget mengkritik pemerintah. Sambil ngulek, dia mengajak saya ngobrol.
Katanya pemilu mah tidak usah ditunda. Jalan aja normal seperti biasa. Rakyat kecil ingin sekali ada pemimpin baru. Itulah yang beliau katakan dengan polosnya. Sebab harga tahu sekarang kian mahal. Beliau sampai libur 3 hari karena pengusaha tahu dan tempe tidak jualan. Akibatnya pedagang tahu gejrot terkena juga imbasnya. Belum lagi harga minyak goreng yang meninggi.
Tukang tahu gejrot ngomongnya seperti pakar politik. Kalau pemilu ditunda, makan eh maka akan berakibat kepada pilkada dan pemilihan anggota DPR. Jadi jalan saja sesuai rencana dan amanah undang-undang yang berlaku. Saya suka dengan gaya bicaranya yang seperti Yusril, pakar hukum tata negara.
Anak saya Intan ikutan juga beli tahu Gejrotnya. Katanya cabenya itu bikin panas mulut. Sepanas hati ini mendengar celoteh tukang tahu gejrot. Saya ikut asyik dan menyimak langsung ocehan tukang tahu gejrot. Rasa tahu gejrotnya memang maknyus. Tak salah bila banyak yang membelinya. Ada saja tetangga kiro dan kanan yang membelinya.