Mentari pagi baru mulai menampakkan sinarnya. Hujan turun rintik-rintik di Perempatan lampu merah Rawamangun Jakarta Timur. Pagi itu saya sudah berangkat ke sekolah. Nampak jalan Pemuda masih sepi. Saya takut terkena peraturan lalu lintas ganjil genap. Jadi sebelum pukul 06.00 pagi, saya harus sudah berada di sekolah. Sayapun bisa mampir sarapan pagi dulu di tempat warung nasi uduk. Posisinya ada di sebelah sekolah Labschool UNJ. Saya melihat sudah mulai ramai kembali usaha warung tenda dan roda yang ada di sini. Mereka adalah UMKM nyata yang ada di depan mata kita. Saya pun mulai berpikir, apa kontribusi JNE untuk kemajuan UMKM Indonesia?
Sekedar informasi untuk pembaca. Nasi uduknya lumayan enak. Tidak kalah dengan nasi uduk kebon kacang yang ada di jalan Pemuda seberang Labschool UNJ. Dengan uang Rp. 10.000,- (sepuluh ribu) kita sudah bisa sarapan pagi nasi uduk dengan balado telor dan teh hangatnya yang nikmat. Di sebelah warung nasi uduk, ada warung kopi dan aneka gorengan. Biasanya para supir antar jemput kumpul di sini. Mereka ngopi dulu dan sarapan pagi. Namun, selama pandemi, keadaan itu berubah menjadi sepi. Sebab anak sekolah belajar dari rumah.
Setelah sarapan nasi uduk, saya bertemu Bang Adun di depan sekolah. Beliau biasanya berjualan koran keliling kampus UNJ. Kini berjualan kopi keliling. Beliau langsung alih profesi. Dari tukang koran menjadi tukang penjual kopi keliling. Saya sempatkan mengobrol dengan beliau dan membuat videonya. Kemudian hasilnya saya upload ke youtube melalui HP dan blog keren saya di https://wijayalabs.wordpress.com.
Saya mengajak kawan-kawan pembaca kompasiana untuk belajar wirausaha. Yuk kita belajar berwirausaha pada pakarnya. Belajar usaha tahan banting dari penjual kopi keliling di depan sekolah Labschool Jakarta. Beliau setiap pagi mangkal di depan Labschool, Jalan Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur. Namanya Bang Adun. Usia 45 tahun. Dulu beliau pedagang koran di sekitar kampus UNJ Rawamangun Jakarta Timur. Sekarang menjadi tukang kopi keliling di sekitar kampus dan sekolah Labschool UNJ. Usaha jualan korannya sepi, dan beliau mencoba usaha jualan kopi keliling di sekitar sekolah Labschool dan kampus UNJ Rawamangun Jakarta Timur.
Alhamdulillah usahanya sekarang laku keras. Sudah mulai banyak pembelinya. Sehari bisa membawa pulang uang Rp. 300.000 (Tiga Ratus Ribu Rupiah). Dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 18.00 WIB. Modal usahanya Rp. 3.000.000,-Â (Tiga Juta Rupiah) katanya. Rata-rata setiap hari belanja di agen sekitar Rp. 125.000,-Â (Seratus dua puluh lima ribu rupiah). Kalau air panasnya habis, beliau beli di warteg dekat kampus. Harganya Rp. 4000,- (Empat Ribu Rupiah) per termos. Saya sempatkan membeli kopi panasnya. Harganya murah, hanya Rp. 3000,- (Tiga Ribu Rupiah) per gelasnya. Katanya, untungnya bisa lebih dari 100 %. Kalau banyak yang membeli kopinya, dia bisa bawa uang banyak ke rumah.
Yuk kita sempatkan tonton sejenak videonya dan jangan lupa like, subscribe, dan tuliskan komentarnya! Terima kasih banyak ya. I Love You All. Semoga tahun ini Omjay bisa menjadi blogger ternama dan youtuber terkenal. Seperti murid Omjay Baim Wong. Jadilah penggemar video Omjay di YouTube. Semoga Omjay menjadi YouTuber terkenal Indonesia. Aamiin Ya Robbal Alamiin.Â
Pesan Omjay, "Buatlah 1 Video setiap hari dan perhatikan apa yang terjadi". Durasi video youtube di atas hanya 23 detik. Selamat menikmati kopinya. Juga minuman dingin lainnya. Jangan lupa mampir di kopi keliling Bang Adun ya! Itulah ajakan Omjay di berbagai WA Group dan blog yang saya kelola dengan baik.
Sampai di labkom SMP Labschool Jakarta, saya mulai menulis dan berpikir keras untuk bahan mengikuti lomba blog JNE. Kita harus membantu orang-orang seperti Bang AJun dan Mpok Minah penjual nasi uduk yang ada di sebelah sekolah Labschool UNJ. Mereka adalah para pengusaha kecil yang harus dapat uang setiap harinya. Kalau tidak berdagang, maka mereka tak ada pemasukan. Beda halnya dengan kita yang menjadi pegawai. Gaji kita rutin diterima setiap bulan. Sedangkan mereka tidak rutin seperti kita. Jadi mereka harus keluar rumah agar mendapatkan uang. Perjuangan mereka di masa pandemi tak perlu diragukan lagi.
Sambil mengajar informatika di kelas 7, saya terus berpikir agar UMKM kita sejahtera. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merasakan dampak yang cukup besar akibat pandemi Covid -19. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 96% pelaku UMKM mengaku sudah mengalami dampak negatif Covid-19 terhadap proses bisnisnya. Sebanyak 75% di antaranya mengalami dampak penurunan penjualan yang signifikan. Hal itu saya baca infonya di sini. Sayapun mengalami sendiri, kita harus mulai beradaptasi dengan hal-hala baru, termasuk juga rapat yang biasanya dilaksanakan secara langsung di sekolah, kini lewat aplikasi zoom secara online.
Keberadaan UMKM di masa pandemi covid-19 yang masih mewabah seperti sekarang ini, tentu harus senantiasa berjuang agar dapat terus bertahan demi melangsungkan dan meningkatkan produk-produk bisnis penjualan mereka. Dengan perubahan perilaku berbelanja dari offline ke online, UMKM dituntut untuk dapat beradaptasi dan berinovasi secara digital. Hal termudah yang dapat di terapkan  para pelaku UMKM adalah dengan memanfaatkan  media sosial sebagai sarana berjualan produk-produk UMKM. Itulah pesan yang saya dapatkan dari para pakar di bidangnya.
Lalu apa kontribusi JNE melihat kenyataan itu? Vice Presiden Marketing JNE, bapak Eri Palgunadi menyampaikan di acara kontribusi nyata untuk brand lokal bahwa pada kondisi seperti ini pengusaha lokal dihadapkan pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Di tengah pandemi ini para pengusaha harus berani keluar dari zona nyaman. Para pelaku usaha lokal harus cerdik, dan harus jeli melihat posisinya saat ini. Hal itu disampaikan beliau dalam acara Inspira Webinar with JNE yang digelar secara online hasil kolaborasi antara JNE dan Young On Top bersama Arto Biantoro.
Pada saat pandemi seperti ini banyak yang bisa dilakukan oleh berbagai pihak untuk membantu UMKM. Pada awal masa pandemi itu memang berdampak pada menurunnya penjualan para UMKM, lalu bagaimana cara kita membantu mereka? Cara membantu mereka adalah dengan membeli produk mereka. Itulah yang seharusnya kita lakukan agar UMKM di Indonesia bangkit. Kita harus menghadapinya dengan cara tersenyum, seperti senyum murid-murid omjay yang cantik-cantik. Mereka sangat bersemangat belajar informatika.
Terlepas dari berbagai masalah yang dihadapi para pelaku UMKM, di masa sulit ini berbagai pihak harus saling bahu membahu agar keadaan makin cepat membaik. Upaya JNE untuk dapat membantu penanganan Covid-19 dengan menggelar program-program seperti memberikan diskon atau layanan gratis untuk pengiriman APD patut kita apresiasi. Nah, sejak dulu JNE telah melakukan langkah untuk mendukung UMKM. Ada program JLC (JNE Loyalty Card) yang telah memberi banyak benefit kepada UMKM. Lalu ada juga Pesona (Pesanan Oleh-Oleh Nusantara) untuk mendukung produsen makanan khas. Begitu juga Friendly Logistic untuk memudahkan bisnis UMKM. Saya sendiri, sangat suka dengan produk JNE yang berupa kiriman reguler. Barang cepat sampai ke alamat berkat jasa JNE. Berbagai buku yang saya terbitkan, terkirim dengan cepat kepada para pemesan buku lewat jasa JNE.
Semua produk atau Brand memang harus berproses. Menurut bapak Eri Palgunadi (VP Marketing JNE), Jika brand atau merk dagang anda harus berproses, yang artinya anda harus belajar agar dapat bertahan melewati pandemi ini, maka kuncinya ada 3, yaitu kita harus update, berpikir positif dan optimis terhadap perubahan. Selain itu juga penting untuk persistence, jika produk tidak laku maka jangan mundur. Itu kurang lebih modal sebuah brand untuk bertahan dan berkembang.Â
Sekali layar terkembang, pantang surut mundur ke belakang. Maju tak gentar membela yang benar. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh para pengusaha UMKM. JNE tentu akan dengan senang hati membantu proses pengiriman produknya ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Semangat para pengusaha UMKM harus terjaga dengan baik. Seperti semangat belajar informatika, murid-murid Omjay di SMP Labschool Jakarta.
Orang-orang kecil seperti Bang Adun wajib kita bantu. Saya melihat usaha gigihnya untuk bertahan di masa pandemi ini. Beliau berusaha keras untuk banting stir dari penjual koran ke penjual kopi keliling. Saya belajar dari usaha kerasnya. Seorang pakar marketing menuliskan, pastikan produk tersebut unik dan berbeda dari yang lain sehingga produk kita dapat dikenal lebih dan lebih melekat di ingatan para pembeli. Dalam berbisnis yakinlah kita sudah punya rezeki masing-masing, bangkitlah tanpa harus menjatuhkan bisnis orang lain. Apapun bisnisnya selagi baik, maka dimulai saja, seiring berjalannya waktu kita akan semakin banyak belajar dan memiliki pengalaman dalam berbisnis. Intinya jangan malu dan takut untuk memulai. Itulah pelajaran penting yang saya dapatkan dari Bang Adun pagi ini.
Semoga kontribusi JNE yang telah dilakukan untuk Kemajuan UMKM Indonesia terus berlanjut. Kita memerlukan orang-orang tangguh seperti Bang Adun yang menolak menyerah pada Korona. Kita memang harus saling membantu agar dunia usaha kita bangkit dan kokoh. Di masa sulit seperti saat ini berbagai pihak harus saling bahu membahu agar keadaan semakin cepat membaik. Sayapun berharap, Visi JNE menjadi perusahaan logistik terdepan di negeri sendiri yang berdaya saing global terwujud. Begitu juga dengan Misi JNE untuk memberi pengalaman terbaik kepada pelanggan secara konsisten dapat terus ditingkatkan. Semoga JNE ikut juga berperan dalam memberikan dukungan kepada para pedang kecil seperti Bang Ajun ini. JNE, Jasamu tiada tara.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H