Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pare Itu Pahit tapi Menyehatkan

27 Mei 2021   04:33 Diperbarui: 27 Mei 2021   04:42 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pare itu memang pahit, tapi menyehatkan

Kemarin saya panen pare di kebun Oma. Mama Entong langsung memasaknya menjadi tumis pare yang lezat. Selain pare mama Entong juga memanen kangkung. Tumis kangkung yang lezat mendampingi tumis pare yang pahit tapi menyehatkan.

Cabe merah juga sudah berbuah lebat. Mama Entong langsung memetiknya untuk tambahan bahan memasak tumis kangkung. Pagi ini saya sahur pakai tumis kangkung dan pare yang lezat.

Alhamdulillah puasa Syawal yang saya jalankan tinggal 2 hari lagi. Sempat batal karena sakit radang tenggorokan. Suara saya bahkan sempat hilang. Sekarang Alhamdulillah kembali normal.

Sambil menunggu waktu Subuh, saya membaca resume kawan kawan guru yang sedang belajar menulis. Sekarang sudah masuk gelombang 18. Semalam pak Akbar Zainuddin yang jadi narsumnya. Beliau memasarkan strategi memasarkan buku.


Apa yang disampaikan pak Akbar Zainuddin bagus sekali. Saya menjadi semakin yakin bahwa buku yang saya tulis semakin laku dan bermanfaat untuk orang banyak.

Buku berburu ilmu di negeri panda yang lucu, Alhamdulillah sudah semakin banyak yang pesan. Saya mencetak ulang 39 buku di Lamongan. Cak Imin membantu saya mencetak ulang bukunya.

Memang memasarkan buku dengan modal sendiri itu banyak seninya. Kita akan merasakan pahit getirnya menjual buku. Berbeda dengan memasarkan buku di penerbit mayor. Penulis tidak terlalu dipusingkan dengan urusan penjualan buku. Setiap 6 bulan sekali akan turun royalty buku.

Menulis dan menerbitkan buku sendiri seperti memakan pare yang pahit. Rasanya memang pahit tapi menyehatkan tubuh. Berkali kali saya menawarkan buku, hanya dilihat saja dan belum ada aksi untuk pemesanan buku.

Saya tak pernah patah semangat. Sebab buku yang saya tuliskan memberikan manfaat. Mereka akan dapat ilmu baru tanpa harus belajar langsung ke negeri China. Mereka juga jadi tahu bagaimana cara guru guru di negeri tirai bambu mengajar.

Jangan kaget bila tenaga kerja China masuk ke Indonesia. Mungkin ke depan akan banyak guru dari Tiongkok yang mengajar di Indonesia. Hal itu terjadi kalau guru guru kita malas membaca dan tidak mengkampanyekan gerakan literasi sekolah.

Selama di China saya dan kawan kawan belajar STEAM dan hots. Kisahnya seru dan membuat kami tahu bagaimana mengajar yang baik. Saat pandemi covid19 melanda dunia, kami langsung mempraktekkan apa yang kami dapatkan dari negeri tirai Bambu. Bahkan saya sempat menerbitkan buku baru dengan judul agar PJJ tak lagi membosankan. Lebih dari 200 buku telah terjual dan akan terus dipesan oleh mereka yang ingin belajar di era digital.

Alhamdulillah sekarang sudah ratusan guru belajar dan menerbitkan buku. Target saya ada 1000 guru mampu menerbitkan bukunya. Kegiatan belajar menulis di PGRI akan terus kami lanjutkan. Penerbit Andi Yogyakarta selalu siap mendukung kegiatan kami di PGRI.

Sudah puluhan guru sekarang menikmati royalty buku dari penerbit Andi Yogyakarta. Mereka senang karena tak perlu keluar uang sendiri untuk menerbitkan buku. Ada juga yang menerbitkan buku dengan biaya sendiri. Mereka sangat yakin bukunya laku dan bermanfaat untuk pembaca.

Jumlah guru di Indonesia sekitar 3 juta guru. Mungkin bisa lebih. Kalau ada 1 juta saja yang menerbitkan bukunya, dunia literasi Indonesia akan semakin bercahaya. Seperti gerhana bulan semalam. Cantik dan indah dipandang mata.

Jangan pelit untuk membeli buku. Sebab itu investasi kita dalam berburu ilmu. Setiap ada buku baru yang bagus, saya langsung membelinya. Seperti buku yang dituliskan oleh sahabat saya pak Toad Isbani dari Solo. Beliau menulis buku yang berjudul Inspirasi Guru dalam persepsi, impian dan Kenyataan. Buku tersebut diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan.

Buku bagus lainnya adalah karya Dr. Capri Anjaya, dan kawan kawan komunitas pendidik Indonesia AISEI. Isi bukunya bagus sekali tentang kurikulum ngumpet atau dikenal dengan nama "hidden curriculum". Buku ini diterbitkan oleh PSSDM Jakarta.

Menulis buku itu asyik. Prosesnya memang terasa pahit. Hmmm...seperti buah pare yang pahit. Tapi menyehatkan tubuh. Bila buku yang dituliskan dibaca banyak orang, pasti penulisnya akan senang.

Seperti buku berburu ilmu di negeri panda yang lucu. Sudah semakin banyak yang pesan. Semoga anda pemesan buku saya selanjutnya. Hehehe.

Salam blogger persahabatan
Omjay
Blog http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun