Ikut berkumpul dengan para penulis sukses, membawa lamunan saya ke beberapa tahun silam.
Buku yang saya tulis ditolak penerbit mayor. Lebih dari 10 penerbit terkenal menolak karya saya. Sampai suatu ketika saya bertemu Prof. Conny Semiawan. Beliau memberikan masukan agar buku mengenal penelitian tindakan kelas yang saya buat bersama pak Dedi Dwitagama saat itu untuk segera direvisi.
Saya minta tolong pak Agus Sampurno untuk menambahkan gambar komik atau karikatur di dalam buku tersebut. Alhamdulillah semakin menarik untuk dibaca.
Buku saya kirimkan ke penerbit Indeks Jakarta. Alhamdulillah buku mengenal PTK diterima tanpa catatan. Saya diminta menandatangani mou atau nota kesepahaman antara penerbit dan penulis.
Itulah pengalaman yang tak pernah terlupakan. Berkat buku Mengenal PTK kami keliling Indonesia. Tawaran menjadi narasumber tak pernah tiada henti.
Hal yang sangat berkesan ketika kami penulis buki diundang ke Serambi Mekah Aceh. Di sana kami belajar dan berbagi ilmu dengan para guru tangguh berhati cahaya. Setelah itu kami traveling di kota Banda Aceh dan menikmati wisata kulinernya.
Saat mendapatkan royalty, saya dan pak Dedi membeli iPad Apple untuk memudahkan kami menulis dimana saja dan kapan saja.
Itulah sedikit cerita yang sudah berulangkali saya tuliskan untuk memberikan semangat dan motivasi menulis buat para guru di PGRI.
Ngobrol santai bareng para penulis sukses semalam, membuat saya melakukan refleksi diri untuk terus memperbaiki diri.
Semalam saya belajar dari pengalaman ibu Maria dari Cibitung dan ibu Siti Fatimah dari Mojokerto yang telah sukses menerbitkan bukunya di penerbit mayor. Tak ada cara lain untuk bisa menulis selain  belajar menulis setiap hari.
Senang rasanya melihat kebahagiaan yang didapatkan dari para penulis yang sudah sukses menerbitkan bukunya tanpa biaya. Mereka juga mendapatkan manfaat dari buku yang dituliskannya. Bahkan sudah ada yang menjadi narasumber di tingkat lokal. Semoga terus berkembang menjadi narsum tingkat nasional.