Siapapun tak akan mengira kalau Cang Ato akan menderita penyakit GBS yang langka itu. Sebab beliau selalu ceria dan enak kalau diajak bicara. Diskusi dan ngobrol lama dengannya akan membuat anda senang karena beliau orang yang rendah hati dan banyak ilmunya.
Suatu hari beliau mengalami serangan ringan seperti gejala stroke. Tangannya mulai sulit digerakkan dan mulutnya terlihat mencong. Seorang kawan yang baik hati membawanya dari sekolah madrasah ke rumah sakit Sukapura di Jakarta Utara. Mereka berdua naik sepeda motor menuju rumah sakit.
Jari dan kaki Cang Ato kesemutan. Dokter memeriksanya yang sedang semaputan. Sejak saat itulah Cang Ato dirawat di rumah sakit dan tidak bisa pulang ke rumah idaman. Saat itulah Cang Ato berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Kisahnya sangat detail dituliskannya. Saya tak ingin membocorkannya kepada anda. Biar anda menemukan sendiri kisahnya dalam buku yang mengharukan ini.
Biaya sekali berobat sekitar 120 juta dan tidak ditanggung BPJS kesehatan. Akhirnya Cang Ato berpindah ke rumah sakit rujukan di rumah sakit Cipto Mangun Kusumo yang biasa disingkat RSCM. Dari sinilah Cang Ato mulai menulis ceritanya yang layak untuk di filmkan.
Sejak itu Cang Ato tidak bisa lagi bertemu peserta didiknya. Tepatnya tanggal 19 Juli 2018. Sayapun kehilangan kontak dengan dirinya. Sebab Cang Ato tidak bisa lagi membuka ponselnya. Sampai suatu ketika saya membaca status di facebook kalau Cang Ato sakit GBS dan dirawat di rumah sakit. Tubuh yang dulu tegap dan gagah, kini terbaring lemah di kasur rumah sakit. Sedih dan mengharukan.
Suara Cang Ato hilang dan tubuhnya menjadi lumpuh. Istrinya sangat sabar menemaninya. Sementara pasien yang ada di sampingnya satu demi satu meninggalkan dunia. Pergi ke alam lainnya untuk bertemu Tuhannya.
Istri Cang Ayo sangat setia menemani suaminya di IGD. Sampai suatu ketika beliau jatuh dari kursi karena ketiduran. Untunglah tidak terjadi apa apa. Istrinya terpaksa cuti mengajar untuk menemani suaminya yang sakit.
Hari demi hari dilaluinya dengan sabar tanpa bisa bicara. Cang Ato menghadapinya dengan penuh kesabaran. Sampai suatu ketika sedikit demi sedikit tangannya bisa digerakkan kembali.
Tubuh yang tadinya kekar kini memudar. Kegantengan ditarik menjadi kekeringan seperti kehilangan keindahan. Cang Ato yang dulu kuat kini menjadi lemah. Itulah kenyataan hidup yang harus diterimanya dengan lapang dada.
Ketika manusia sakit, ada 3 hal yang diambil oleh Sang Maha Pencipta. Nikmatnya makan tiada lagi. Keindahan tubuh hilang didepan mata. Dosa dosa dihapus dan membuat manusia sakit ingat akan keagungan Tuhan.
Kisah Cang Ato ini sungguh menarik hati. Anak dan istrinya sangat sabar sekali. Tak terasa air mata ini menetes. Hanyut dalam kesedihan para penderita GBS.