Hari ini, facebook menampilkan foto perjuangan kami 6 tahun lalu di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Sebuah foto yang mengingatkan saya kembali tentang perjuangan guru TIK hingga hari ini.
Saya kenalkan dulu siapa saja yang ada dalam foto ini dari kiri ke kanan. Pertama Pak Imron Rosadi guru TIK SMA di Mojokerto, Pak Firman Oktora guru TIK SMA di Purwakarta, Omjay Guru TIK SMP di Jakarta, Pak Purwanto guru TIK SMP di Ngawi, dan Tri Budi Harjo guru TIK SMP di Solo. Pak Firman Oktora kita sudah tidak menjadi guru TIK lagi, tapi pindah ke jajaran birokrasi di Pemda Jawa Barat, sedangkan Tri Budi Harjo yang biasa kami panggil Aki3 sudah pensiun menjadi guru dan sekarang menjadi pengusaha di Solo.
Walaupun sudah jarang ketemu, foto ini membuat saya ingin bercerita tentang kisah dibalik foto ini. Sebuah kisah perjuangan guru TIK di Indonesia yang mata pelajarannya dihapuskan dalam kurikulum 2013. Ironisnya, mata pelajarannya diganti mata pelajaran baru yang bernama PRAKARYA. Sebuah mata pelajaran yang kajian ilmiahnya sampai saat ini belum kami temukan. Sebab materinya ternyata sudah ada di mata pelajaran IPA dan Seni Budaya. Sarjana prakarya pun sampai saat ini tidak ada, dan belum ada di perguruan tinggi manapun.
Itulah uniknya pendidikan di negeri ini. Saya terkadang suka tertawa geli sendiri. Setiap ganti menteri pendidikan, pasti akan ganti kebijakan. Akhirnya guru dan murid yang menjadi korbannya. Pro dan kontra akhirnya terjadi. Ada yang mendukung perjuangan guru TIK dan ada pula yang pro dengan kemendikbud pada saat itu. Kita bukannya melahirkan generasi emas Indonesia, tapi justru melahirkan generasi cemas dan lemas Indonesia.
Para Pejuang TIK berkumpul di UPI Bandung 6 tahun lalu, meskipun kami sekarang berada dalam organisasi guru yang berbeda, tujuan kami tetap sama, hanya caranya saja yang berbeda. Â Kami berkumpul dalam kegiatan Munaslub AGTIKKNAS di UPI Bandung 2014, Sabtu, 30 Agustus 2014 . Pada saat itu guru TIK sangat solid dan kompak sekali. Sampai kemudian terjadi perbedaan pendapat yang berakibat pecahnya organisasi guru TIK yang bernama AGTIKKNAS, Asosiasi Guru TIK dan KKPI Nasional. Â
AGTIKKNAS pecah menjadi 3 organisasi guru TIK yaitu FGTIKKNAS, KOGTIKÂ dan AGTIFINDO. Federasi Guru TIK dan KKPI dipimpin oleh Firman Oktora yang sekarang ini dipimpin oleh Purwanto. Komunitas Guru TIK dan KKPI dipimpin oleh Bambang Susetiyanto, dan Asosiasi Guru Teknologi Informasi Indonesia yang sekarang dipimpin oleh Fathur Rahim.Â
Tidak pernah membayangkan kalau organisasi kami yang begitu solid akan pecah. Kami berbeda pendapat soal arah perjuangan dan caranya. Peran Guru TIK ingin sekali diperbesar oleh pemerintah, namun kebijakannya justru tidak berpihak kepada guru TIK. Sehingga banyak guru TIK yang di PHK atau pindah mengajar ke mata pelajaran lainnya.
Perbedaan pendapat dalam menjalankan roda organisasi sudah tidak bisa terbendung lagi. Terbentuklah 3 organisasi guru TIK di atas dengan misi dan visi masing.
Meskipun kita berbeda dalam menyatakan pendapat, namun sesungguhnya kita memiliki tujuan yang sama. Kita ingin mata pelajaran TIK kembali berada dalam struktur kurikulum walaupun dengan nama baru INFORMATIKA.
Kita pekerjaan rumah kita semakin berat. Masih banyak guru TIK yang belum diperbolehkan mengajar Informatika. Alasannya mereka belum sarjana Informatika dan dianggap tidak mampu menjar Informatika. Akhirnya belum semua sekolah membuka mata pelajaran TIK/INFORMATIKA. Padahal mata pelajaran Informatika sangat dibutuhkan saat ini.
Harapan pemerintah memang bagus, tapi sayang tidak sebagus pelaksanaannya. Menteri pendidikan dan kebudayaan terus berganti. Namun masih belum ada kebijakan yang menyenangkan hati. Oleh karena itu, saya berharap kepada semua guru TIK untuk bersatu kembali menyamakan visi dan misinya sehingga perjuangan kita bisa tercapai.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Guru Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H