Lalu apa kerugiannya bila kita menggunakan pembelajaran jarak jauh? Kerugiannya ada di interaksi secara langsung antara guru dan siswa. Mereka tidak bisa bertemu langsung di sekolah. Guru dan siswa tidak bisa ujian sekolah seperti biasanya di dunia nyata. Ada yang serasa hilang, biasanya kami menyambut siswa di pagi hari saat siswa datang ke rumah keduanya.Â
Mereka juga berinteraksi dengan kawan-kawannya di kelas masing-masing. Ada kisah sedih, canda dan tawa di kelas mereka yang akan terkenang ketika mereka sudah menjadi alumni. Biar bagaimanapun, belajar secara langsung di sekolah jauh lebih baik dibandingkan lewat online. Terutama tentang pendidikan karakter. Kita bisa berdiskusi soal ini.
Wabah pandemi Covid19 atau virus corona yang merajalela di dunia semoga segera berakhir. Pemerintah memberikan instruksi agar semua orang bekerja dari rumah. Stay at home. Tetap berada di rumah adalah pilihan yang harus diterima dengan berat hati. Para guru dituntut kreatif dan inovatif mengembangkan disain pembelajaran modern. Orang tua senang dan muridpun senang, sebab pembelajan jarak jauh yang diberikan menyenangkan untuk semua. Â
Disain Pembelajaran Modern saya pelajari pertama kali saat ikut kuliah S3 di Pascasarjana UNJ bersama Prof Atwi Suparman. Beliau pernah bertanya kepada kami para mahasiswanya. Teknologi modern apa yang akan anda gunakan di sekolah untuk menyampaikan materi kepada siswa? Rata-rata mahasiswa menjawab dengan teknologi canggih saat ini. Mahasiswa menyampaikan berbagai argumentasinya. Namun ternyata, jawabannya sangat sederhana. Kata beliau gunakan teknologi yang ada.
Gunakan teknologi yang ada di sekolah merupakan jawaban jitu dari permasalahan yang ada saat ini. Mari kita kuatkan kemampuan mengajar yang ada pada diri guru. Pembelajaran jarak jauh itu ada ilmunya dan kita bisa banyak belajar dari internet. Asalkan rajin berselancar di internet, pasti dapat anda temukan berbagai model pembelajaran jarak jauh.
Masalahnya sekarang adalah akses internet cepat. Tidak semua guru dan siswa punya akses internet cepat di rumahnya masing masing. Hal ini menjadi kendala serius dalam pembelajaran jarak jauh lewat internet. Mereka harus beli paket data agar akses internetnya berjalan lancar. Walaupun mendikbud Nadiem makarim sudah menyetujui agar dana BOS bisa dibelikan pulsa dan paket data internet.
Pertanyaannya adalah bisakah saat ini pemerintah Indonesia menyediakan akses internet dengan biaya murah? Hal ini pernah saya tanyakan langsung kepada presiden Jokowi, ketika kami para blogger kompasiana diundang ke istana negara oleh Presiden Republik Indonesia. Hasilnya, sekarang sudah mulai banyak tempat ada akses internet cepat.
Kondisi Indonesia yang luas dan merupakan negara kepulauan, perlu waktu untuk menyiapkan sarana dan prasarananya. Kendala ini yang harus kita pahami sehingga pemerintah belum mampu menyiapkan akses internet cepat di berbagai wilayah di Indonesia.
Kondisi siswa di rumah juga harus dipahami. Banyak orang tua yang belum mampu membeli pulsa dan paket data internet untuk anaknya. Laptop dan handphone belum semuanya ada di rumah dan merupakan barang mewah. Mereka masih fokus untuk kebutuhan perut agar mampu bertahan hidup dan tidak mati kelaparan.
Kondisi guru di rumahnya juga hampir sama. Masih banyak guru honor yang digaji rendah. Terutama guru-guru yang belum diangkat menjadi guru PNS dan guru tetap yayasan di sekolah swasta. Mereka banyak yang tidak bisa beli pulsa dan paket data internet. Bahkan ada guru honor yang tidak bisa membeli sepatu baru. Hal itu saya tonton dalam acara Hitam Putih di youtube yang dipandu oleh Artis Dedi Cobuzer.
Kondisi sekolah yang memprihatinkan dan akreditasi sekolah yang belum semuanya berakreditasi A, juga harus membuat kita kreatif dengan kondisi yang ada. Guru di sekolah tersebut harus mampu menjadi guru tangguh berhati cahaya. Guru yang pantang mengeluh dengan kondisi apapun.