Sudah setengah abad usiaku. Namun belum pernah melihat kota Jakarta dari atas monas. Padahal kepengen banget ke sana. Setiap kali mau ke atas monas, selalu saja belum ada waktu. Pekerjaan mengajar dan mendidik anak bangsa belum bisa ditinggalkan.
Monumen nasional yang disingkat monas banyak dikunjungi orang dari luar jakarta. Ada yang sengaja rekreasi dan ada juga yang ikut demonstrasi di monas. Para demontran banyak yang datang dan berkumpul di monas. Mungkin karena dekat dengan istana negara.
Mereka yang datang dari jauh sangat bangga melihat jakarta dari atas monas. Saya sendiri juga demikian. Saya yang dulu penduduk resmi jakarta harus puas menjadi penduduk kota bekasi. Setelah menikah, saya hanya mampu membeli rumah di bekasi, karena harga rumah di jakarta mahal.
Kata orang belum ke jakarta kalau belum lihat monas. Tugu yang menjulang tinggi dengan ujung yang dilapisi emas. Dibangun di masa presiden sukarno. Kalau masuk ke museum nasional, maka kita akan mendengarkan rekaman asli suara bung karno. Sewaktu sekolah dasar saya pernah ramai-ramai ke sini karena diwajibkan oleh guru. Tapi sayang, belum pernah sampai atas monas.
Ingin saat jam kerja main ke monas. Tapi tidak bisa. Sebab siswa akan cari gurunya. Omjay pasti akan dicari kemana-mana. Guru TIK tinggal saya seorang, kalau saya tidak ada pasti akan dicari oleh mereka.
Kepengen juga ajak siswa ke monas. Tapi, mereka akan bilang. Bosan pak! Sebab yang saya tahu, siswa di dki jakarta waktu sd diwajibkan ke monas. Juga acara rekreasi keluarga banyak yang ke monas sambil naik delman. Keliling monas naik delman dengan kudanya yang jinak.
Padahal monas banyak sensasinya. Buat warga ibu kota pasti tahu monas. Â Banyak orang ke tempat ini utk rekreasi. Kalau ke stasiun gambir, pasti akan lihat monas karena bersebelahan tempatnya.
Saat menginap di hotel millenium tanah abang, saya ajak teman teman  ke monas. Mereka senang sekali diajak ke monas. Maklumlah orang dari daerah yang jauh. Rata-rata di luar pulau jawa.
Monas ternyata tutup. Kami foto foto dari luar monas. Mereka senang karena dapat melihat monas. Guru guru dari daerah yang belum tentu setiap tahun bisa ke monas. Bagi mereka, pergi ke Jakarta adalah mimpi.
Seminar nasional guru dikdas berprestasi mempertemukan kami. Usai acara kami jalan kaki ke pasar tanah abang hingga sarinah mall. Lalu naik bus transjakarta menuju monas. Kami berdiri dan tidak dapat duduk. Bus transjakarta penuh dengan penumpang.
Saat itu sudah hampir jam 22.00 wib. Malam hari. Gelap  gulita kalau di daerah 3T. Tertinggal, terluar dan terdepan indonesia. Kalau di kampung sudah tidak ada aktivitas. Tapi di jakarta tidak ada matinya. Lampu menyela terang menerangi ibu kota Jakarta. Jalan-jalan di sekitar monas sangat membahagiakan.
Bersyukur kami bisa melihat monas. Narsis di depan monas dengan gaya masing masing. Saya merasa paling ganteng. Guru-guru pria lebih asyik menjadi tukang foto daripada di foto. Jadilah omjay yang paling ganteng sendiri, hehehe.
Monas memang ngangenin. Suatu saat saya akan ke monas lagi. Seorang diri. Kemudian naik ke atas monas. Saya akan nikmati kota Jakarta dari atas monas. Saya akan potret wajah jakarta dari atas monas.
Dari atas monas saya akan berteriak. Saya akan berteriak kencang. Jadilah guru berprestasi. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Semoga anda diundang ke jakarta gratis dari apa yang sudah anda lakukan. lanjutkan terus melakukan kebaikan karena hadiah kebaikan adalah kebaikan.
Salam blogger persahabatan.
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H