Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Kinerja Kemendikbud dan Bersinergi dengan Kebijakannya

13 Agustus 2018   22:12 Diperbarui: 13 Agustus 2018   22:26 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin, 6 Agustus 2018 menjadi hari yang tak terlupakan bagi saya. Omjay bertemu kembali pak Wawan, beliau adalah petugas di aula kemdikbud yang selalu melayani kami dengan pelayanan yang prima. Bertemu dengan pak Wawan, membuat dokumentasi video saya berputar ke belakang mengenang perjuangan guru TIK yang telah dihapuskan matpelnya dalam kurikulum 2013.

Selain bertemu pak Wawan, saya bertemu dengan kawan-kawan kompasianer. Banyak wajah-wajah baru yang saya kenal. Maklumlah setelah hampir 10 tahun menulis di blog kompasiana, saya jarang sekali kopdar karena kesibukan di sekolah. Bertemu dengan kawan-kawan blogger kompasiana adalah sebuah kesenangan tersendiri.

Namun, ada wajah kompasianer lama yang saya temukan. Saya bertemu mbak Maria dan kawan-kawannya. Beliau seorang guru SD yang luar biasa. Kemampuan menulisnya di atas rata-rata. Saya banyak belajar dari kompasianer yang satu ini. Selain itu, pandai bergaul dan selalu hadir dalam acara kopdar kompasiana. Saya membaca dari tulisannya di kompasiana.

Saya bertemu kembali mbak Yayat. Senior kompasianer ini paling gila kalau menulis tentang balap motor. Sudah lama juga tidak bertemu dengannya. Terakhir bertemu mbak Yayat di acara kompasianer bertemu presiden Jokowi di Istana negara. Waktu itu kompasiana ulang tahun. Ada 100 orang blogger kompasiana diundang ke istana negara dan makan siang bareng presiden Jokowi. Itulah awal mula saya menginjakkan kaki di istana negara.

Ada banyak kompasianer yang saya kenal. Namun seringkali lupa namanya. Mereka kenal dengan saya dan selalu menyapa. Tapi saya selalu lupa nama-namanya. Itulah kekurangan saya selama menjadi blogger kompasiana. Temannya banyak tapi tidak hafal satu persatu. Acara kemdikbud malam itu mempertemukan kami kembali. Sistem zonasi penerimaan siswa baru nampaknya jadi tema malam itu.

Saya juga bertemu dengan para kompasianer sepuh. Mereka adalah ulama. Usia lanjut masih aktif. Saya taksir usianya sudah di atas 60 tahun, sebab mereka sudah meninggalkan dunia hitam, hahaha. Tapi, untuk urusan menulis mereka tidak pernah kalah dengan yang muda.

Banyak kompasianer yang narsis di depan podium. Saya sendiri narsis di foto pak menteri. Sayang malam itu pak Muhadjir berhalangan hadir karena diminta ke istana oleh presiden Jokowi. Sayapun hanya bisa gigit jari saja. Sudah berpakaian ganteng, menterinya tidak datang. Untunglah yang menerima tamu cantik-cantik dan ganteng. Sayapun dikasih sebuah buku berwarna biru muda dengan kombinasi kontras warna orange dan merah yang berjudul KERJABERSAMA. Ada foto pak Muhadjir, ibu Puan Maharani dan Pak jokowi dalam cover depan buku.

Waktu sholat maghrib tiba. Saya sholat di lantai 2 yang ada mushollah kecil di dalamnya. Banyak kompasianer ikut sholat di tempat itu. Pikiran saya menjadi menerawang ke masa lalu. Sebab di mushollah inilah menjadi tempat saya berdoa ketika berjuang mengembalikan mata pelajaran TIK. Dari mushollah ini perjalanan kami dimulai untuk bertemu mendikbud mohammad nuh, Anies Baswedan sampai Muhadjir Effendy. Tiga menteri yang saya kenal dalam meluruskan kebijakan di kemdikbud.

Lorong panjang di lantai 2 kemdikbud, membuat saya teringat kembali masa-masa bertemu menteri lama hingga yang baru. Tak terasa air mata ini menetes haru. Sebab regulasi kemdikbud terus berganti dan dinamis seiring dengan berjalannya waktu. Saya melihat pak Muhadjir lebih senang mengamankan kebijakan lama. Sebagai ilmuwan pendidikan, nampaknya beliau sangat matang dalam berpikir dan sangat sigap dalam bertindak. Di situlah saya mulai memahami menteri yang satu ini. Menteri yang pernah menjadi rektor dan berasal dari Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebuah lambang kementrian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia terpajang kuat di dinding pintu masuk ruang pak menteri. Sebenarnya hati kecil berharap, pak Muhadjir bisa hadir bersama kami. Sebagaimana dulu kami diterima beliau di ruang kerjanya bersama perwakilan ikatan guru TIK PGRI. Kami sempat foto bersama di tempat itu.

Petugas kemdikbud yang ramah dalam melayani kami, membuat saya betah berada di lorong ini. Saya menyebutnya lorong perjuangan. Sebab saat itu kami ingin mendikbud mengubah kebijakannya tentang TIK, namun belum berhasil juga. Di situlah saya merasa sedih. Sebab regulasi belum menyentuh guru TIK yang ketika itu merasa diperlakukan tidak adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun