Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Lebaran Hari Keenam dan Ketujuh

21 Juni 2018   22:54 Diperbarui: 21 Juni 2018   23:05 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kisah lebaran kali ini double. Kemarin belum sempat menulis. Mata sudah mengantuk. Nonton bola piala dunia sambil merem melek. Sudah gak tahu lagi siapa yang menang dan yang kalah. Mata sudah terpejam dan mimpi indahpun datang.

Saya mimpi indonesia masuk final piala dunia. Fasilitas olahraga seperti lapangan sepak bola ada di mana mana. Para pemian muda berbakat mudah didapat dari 200 juta penduduk indonesia.

Semoga mimpi saya menjadi kenyataan. Mungkin juga mimpi saya dan anda sama. Sampai suatu ketika saya terbangun mendengar adzan subuh di telinga.

Hari ini puasa syawal hari keenam. Biasanya saya makan sahur dulu seperti puasa ramadan. Namun, mimpi yang indah membuat saya tertidur lelap di kursi tamu.

Semalam memang tidur agak larut. Anak dan istri baru datang dari taraju tasikmalaya. Senang melihat mereka datang dengan selamat dan menikmati liburannya.

Saya sendiri asyik ngobrol sama mak esih dan teh yani yang menemani emak malam ini. Kami ngobrol seputar kehidupan rumah tangga. Rumahku surgaku akan terwujud dari cara kita membangunnya.

Dalam berkeluarga ada suka dan duka. Ada sedih dan gembira. Ada bahagia ada sengsara. Ada kaya ada miskin. Begitulah Allah memberikan pasangan dalam kehidupan kita.

Ujian kita berbeda beda. Ada dengan kekayaan dan ada juga dengan kemiskinan. Ada yang baik dan ada yang buruk.

Sambil menikmati sate dan soto ayam yang dibelikan emak, saya dengarkan cerita emak esih dengan seksama.

Suami istri itu harus rukun. Bertengkar boleh tapi jangan terlalu sering. Sebab itu akan menghalangi pintu rezeki.

Di belakang suami yang sukses ada istri solekhah yang menemani. Begitu juga sebaliknya.

Hidup suami istri harus saling melengkapi agar rezeki datang bertubi tubi. Seperti mata air yang tak pernah habis diambil airnya. Rezeki berupa harta terkumpul menjadi harta warisan untuk anak dan cucu.

Orang tua akan mewariskan harta kepada anak anaknya. Harta dikumpulkan dari rezeki yang datang dalam keluarga. Ada rezeki anak dan istri serta suami. Semuanya terkumpul menjadi rezeki suami istri dan harta keluarga.

Ketika ortu tiada, harta warisan akan dibagi. Semua anak mendapatkan bagiannya. Ikuti ajaran agama tentang cara pembagiannya.

Ini sebuah kisah nyata. Adik almarhum ibu mendapatkan warisan keluarga paling banyak. Namun kini hartanya habis tak bersisa. Om saya itu tinggal di rumah kontrakan dengan penyakit yang dideritanya.

Sungguh ini merupakan pelajaran penting buat saya. Harta warisan orang tua tidak akan mampu mengangkat derajat kita. Hanya mereka yang berilmu pengetahuan yang diangkat derajatnya.

Orang tua saya tidak mewariskan harta. Namun mereka mewariskan ilmu yang bermanfaat buat anak anaknya. Ilmu itulah yang membuat kami bisa mencapai cita cita kami.

Kalu kita terlahir dari anak orang kaya belum tentu kita bisa kaya di masa tua. Mereka yang mampu menjaga dan mengembangkan harta warisan orang tua akan menuai berkah dalam hidupnya.

Cerita emak membuat saya merenung dan banyak belajar. Terkadang kisah nyata dari orang lain  membuat kita menjadi belajar dari kisah tersebut.

Lebaran hari keenam dan ketujuh ini sudah saya lewati. Hari ini sempat main ke rumah om dadang (adik bungsu ayah) di desa pesanggrahan ujung berung kota bandung.

Sempat cari cari alamat karena rumahnya sudah pindah. Namun akhirnya ketemu juga setelah tanya sana sini.

Terkadang kita lupa menyambung tali silahturahim dengan keluarga sendiri. Lebaran idul fitri ini membuat saya pergi ke sana kemari. Pergi ke rumah saudara dari almarhum ayah dan almarhumah ibu.

Alhamdulilah silahturahim tetap terjalin. Puasa 6 hari di bulan syawal tuntas sudah. Senang rasanya bisa menuntaskannya di hari ketujuh lebaran ini. Semoga diterima Allah puasanya. Aamiin.

Salam blogger persahabatan

Omjay

BLOG http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun