Tak terbayangkan apabila memang itu benar – benar terjadi, bagaimana nasib bangsa ini. Orang yang kerja di perkantoran tidak punya keahlian menggunakan perangkat perkantoran (OFFICE) belum lagi para anggota dewan, Kepala Daerah, Pejabat Pemerintah sampai Kepala Negara.
Haruskah rakyat kecil yang selalu menjadi korban, pelaksanaan kurikulum 2013 diharuskan menggunakan TIK tapi pelajaran TIK tidak ada, dengan kata lain pemerintah mengharuskan siswa mengikuti Les Private untuk bisa menggunakan TIK untuk bisa mengerjakan tugas – tugas yang ditekankan oleh kurikulum 2013. Kini sudah berlaku kurikulum merdeka di sekolah penggerak.
Apa kabar guru TIK? Semoga kalian tetap solid dan terus belajar sepanjang hayat. Kibarkan terus pentingnya TIK untuk generasi emas Indonesia. Jangan kasih kendor. Jangan biarkan mata pelajaran lain menggantikan TIK yang sekarang berganti nama informatika.
Perlu kita memiliki rasa empati buat masyarakat miskin yang ingin belajar TIK. Mereka hanya bisa belajar TIK di sekolah. Sebab di rumahnya tidak ada peralatannya.Informatika, siswa masih tetap bisa belajar, walaupun tidak ada komputer dan internet. Inilah yang kami harapkan dalam kurikulum merdeka yang diluncurkan oleh Mendikbudristek, Nadiem Makarim.
Dengan belajarBelajar TIK dan Informatika masih dianggap mahal oleh orang miskin. Berapa materiil lagi yang harus dikeluarkan dari kantong rakyat kecil. Tak melihatkah bagaimana perjuangan anak yang ingin belajar didaerah terpencil, mereka harus menyebrang sungai hanya dengan seutas tali belum lagi yang berangkat dari rumah ke sekolah dengan jalan kaki berkilo–kilo meter.
Seandainya kurikulum 2013 dahulu diterapkan secara menyeluruh, bagaimana mereka mengerjakan tugas dengan keadaan mereka yang begitu. Semangat belajar mereka janganlah sampai terkikis karena penerapan kurikulum 2013.
Dalam benak mereka pasti ada rasa ingin memajukan daerah mereka sendiri, salah satu jalan hanyalah mereka harus meraih pendidikan yang layak, aman, dan nyaman di hati mereka, bukan terkekang oleh banyaknya tugas yang harus diselesaikan dengan tuntutan yang diterapkan pada kurikulum 2013.
Tidak semua sarana prasana TIK dibagi secara merata di berbagai daerah. Sekolah yang dengan ibu kota saja terkadang ada yang masih minim fasilitas. Pertanyaan yang paling besar adalah apakah semua guru yang sekarang ada sudah bisa menerapkan TIK didalam pembelajaran pada kurikulum 2013?.
Saya menjadi teringat dialog ketua PGRI Pontianak, Kalimantan Barat dengan kepala Pusat kurikulum dan perbukuan kemdikbud saat semnas di aula kemdikbud 24 April 2014. Sebentar saya Carikan rekaman YouTube dialog itu.Â
Saya lanjutkan kisah Omjay selanjutnya.