Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Perjuangan Guru TIK/KKPI

9 Januari 2016   07:23 Diperbarui: 9 Januari 2016   07:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi ini saya ingin menulis. Sebuah tulisan tentang sejarah perjuangan guru TIK/KKPI Indonesia. Sebuah perjuangan dalam mengembalikan mata pelajarannya yang hilang dalam kurikulum 2013. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Keterampilan Komputer Pengolahan Informasi (KKPI) dihapuskan mata pelajarannya dalam kurikulum 2013. Guru-guru yang mengajar TIK di SMP dan SMA resah. Juga guru KKPI yang mengajar di SMK menjadi galau. Mulailah mereka bergerak untuk memperjuangkannya.

Guru TIK/KKPI datang ke gedung DPR, kemudian datang ke mendikbud Mohammad Nuh untuk melaporkan nasibnya. Mereka meminta agar mata pelajaran TIK dikembalikan dalam struktur kurikulum 2013. Semua perjuangan panjang itu terdokumentasi dalam google dan video di youtube dengan keyword "guru TIK".

Organisasi guru TIK/KKPI pun dibentuk. Namun sayang hanya seumur jagung. Asosiasi guru TIK dan KKPI (AGTIKKNAS) yang dibentuk di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung pecah. Hal ini terjadi karena ada perbedaan visi dan misi dari pengurusnya. Agtikknas pecah menjadi 3 organisasi yang semuanya saat ini sudah berbadan hukum dan terdaftar resmi di kementrian hukum dan HAM.

AGTIFINDO dipimpin oleh Pak Fathur Rachman (seorang guru SMK/SMA di Samarinda), FGTIKKNAS dipimpin oleh Firman Oktora (seorang guru SMA di Purwakarta), dan KOGTIK dipimpin oleh pak Bambang Susetiyanto (seorang guru SMP di indramayu).

Memang sangat disayangkan terjadi perpecahan ini. Namun bagi kami para pejuang TIK/KKPI save tik dan kkpi harga mati. Mata pelajaran TIK dan KKPI harus ada dalam struktur kurikulum 2013. AGTIFINDO dan KOGTIK sepakat untuk tetap konsisten dalam perjuangan. Tetapi FGTIKKNAS tidak. FGTIKKNAS lebih memilih bergabung dalam sistem dan menjadikan TIK sebagai bimbingan TIK seperti guru BK. Semua tertulis dalam permendikbud 68/2014.

Tentu saja FGTIKKNAS kemudian menjadi primadona di kemdikbud. Hampir semua kegiatannya dibiayai oleh kemdikbud. Dana  yang cukup besar sudah digelontorkan agar TIK tidak lagi menjadi mata pelajaran tetapi berupa bimbingan TIK. Guru TIK/KKPI yang tidak paham tentu saja ikut hadir dalam kegiatan tersebut.

Dalam pelaksanaannya, ternyata bimbingan TIK tidak berjalan mulus. Hal itu diakui sendiri oleh ketua FGTIKKNAS di harian republika. Sudah banyak keluhan dari para guru TIK. Guru yang berani bicara menceritakannnya kepada wartawan, dan kemudian diliput harian Kompas. Selebihnya hanya bisa diam karena takut dipecat atau dimutasi. Pengurus komunitas guru TIK dan KKPI sudah melaporkannya secara langsung ke kantor kemendikbud dan bertemu dengan staf khusus mendikbud bidang pendidikan, bapak Ahmad Rizali.

Hari ini sampai besok, sabtu dan minggu, tanggal 9 sampai 10 januari 2016, guru TIK dan KKPI yang telah bergabung di komunitas guru TIK dan KKPI akan mengadakan rapat kerja nasional (Rakernas) di wisma UNJ. Selain rakernas kami juga melaksanakan workshop untuk meningkatkan kompetensi guru TIK. Dari rakernas ini kami berharap dapat menyatukan kembali misi dan visi kami dalam mengembalikan TIK ke dalam mata pelajaran di kurikulum 2013. Sekaligus juga membuat program kerja KOGTIK selama tahun 2016.

Dari kabar yang kami dengar, kurikulum 213 yang direvisi masih tetap tidak memasukkan TIK/KKPI sebagai mata pelajaran seperti dalam kurikulum 2006. Kami belum mendapatkan naskah akademik dan alasan kemdikbud tidak memasukkannya secara resmi. Oleh karena itu, kami terus berjuang mengumpulkan data dan fakta pentingnya TIK diajarkan untuk siswa Indonesia sebagai mata pelajaran. Jangan karena 30 persen daerah tidak teraliri listrik, maka 70 persen daerah lainnya dikorbankan. Berbagai data dan fakta yang kami temukan saat seminar nasional urgensi matpel TIK/KKPI sudah kami sampaikan ke pak Mendikbud, Anies baswedan.

Kami sangat berharap ada peran penting dari kawan-kawan dosen TIK di perguruan tinggi untuk ikut bersama kami memperjuangkannya. Kami sangat yakin bahwa bimbingan TIK tidak akan jalan dengan mulus di sekolah sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013. Kalaupun jalan hanya sekedar basa basi. Hasil survey kami di media sosial facebook menunjukkan, 95 persen guru TIK/KKPI menginginkan TIK kembali sebagai mata pelajaran dengan materi yang mengikuti perkembangan zaman.

Sejarah perjuangan guru TIK nampaknya akan terus bertambah panjang. Semoga tidak ada lagi yang menghianati perjuangan. Guru TIK/KKPI harus fokus mengembalikan mata pelajan TIK/KKPI. Guru TIK/KKPI harus mampu berdiri tegak dan mampu mandiri. Hal ini telah kita buktikan dengan penyelenggaraan rakernas tanpa biaya sepesepun dari kemdikbud. Semua biaya dari kantong pribadi dan dukungan sponsor yang mendukung perjuangan guru TIK. Guru TIK/KKPI harus mampu membuktikan diri bukan sebagai guru yang mudah terbeli.

NKRI harga mati. Begitu juga Save TIK dan KKPI harga mati.

 

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun