Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

TIK Penting Dalam Pembelajaran

8 Desember 2015   10:57 Diperbarui: 8 Desember 2015   12:04 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) penting dalam pembelajaran. Tapi sayangnya Masih banyak guru dan dosen di Indonesia yang masih gaptek. Itu kenyataan yang terjadi di lapangan. Sudah menjadi kewajiban kita guru tik dan kkpi mengajari mereka. Guru TIK daan KKPI memang harus siap untuk mengupdate materi pembelajaran seiring kemajuan jaman demi kemajuan anak bangsa. Bagaimanapun situasinya, belajar TIK sangat penting untuk Indonesia yang meruapakan negara kepulauan. TIK akan menyatukan kita dari Sabang sampai Merauke.

Kurikulum 2013 tujuannya sangat mulia. Namun ada kebijakan yang belum tepat. Khususnya tentang kebijakan penghapusan matpel tik/kkpi yang kurang pas. Dari mata pelajaran berubah menjadi bimbingan. Hal ini tentu saja sangat merugikan kami sebagai guru tik dan kkpi. Ternyata dalam pelaksanaannya bimbingan tik tidak jalan dan kawan kawan guru tik dan kkpi meminta kepada pemerintah utk kembalikan tik sbg matpel dalam struktur kurikulum. Save matpel tik dan kkpi harga mati seperti NKRI harga mati.

 

Tik bukan lagi hanya dunia maya tapi sudah merupakan dunia nyata. Pemanfaatan tik harus dimanfaatkan dengan baik dalam pembelajaran di sekolah. Tik bukan hanya sebagai alat bantu tapi sebagai ilmu yg penting diajarkan di sekolah. Jadi tik sudah layak sebagai matpel seperti dokumen naskah akademik dalam kurikulum 2006. Hanya saja amterinya harus dikembangkan mengikuti perkembangan zaman. Generasi emas Indonesia harus disiapkan untuk mampu bersaing di bidang tik. Materi tik yang diajarkan harus mampu dimanfaatkan oleh mereka setelah lulus dari sekolah.

Kesiapan guru tik dan kkpi dalam menyiapkan materi kompetensi inti dan kompetensi dasar sangat diperlukan untuk mengantisipasi materi tik yang sudah ketinggalan zaman. Anak anak digital native harus diarahkan untuk mampu menjadi produsen dan bukan lagi konsumen TIK. Bangsa ini tidak lagi hanya sebagai bangsa pengguna TIK.

Jumlah siswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan lebih tinggi cukup memprihatinkan. Data bada pusat statistik menunjukkan 80 persen tenaga kerja kita masih berpendidikan rendah. Hal ini tentu sangat memprihatinkan kita. Tik bisa jadi salah satu kemampuan yg bisa diberikan kepada mereka sebagai skill yang harus diberikan untuk tenaga kerja produktif dalam demograsi indonesia dalam bentuk vokasional menurut Prof. Ivan Hanafi dalam semnas guru tik dan kkpi di kampus UNJ Rawamangun Jakarta Timur.

Rekaman Video Seminar Nasional dan temu akbar guru tik di kampus unj dapat anda lihat di bawah ini. Mohon bantu sebarkan https://youtu.be/KqEwyBd_M5E via Wijaya Kusumah - omjay save tik dan kkpi harga mati.

Matpel tik dan kkpi adalah bagian dari vokasional itu dan bisa dilakukan penyesuaian. Konsesus bersama education for all mengamanatkan utk memberikan life skill kepada anak indonesia agar mampu menjadi tenaga kerja produktif yang terdidik tik dengan baik.

Berikut ini pengalaman seorang kawan yang dituliskan di facebook.

Saya bukan Guru berlatar TIK tapi pernah mengenyam Diploma di Informatika selama satu tahun

ketika jadi guru madrasah swasta, saya ditunjuk untuk mengerjakan yang berhubungan dengan mengetik via Komputer [masih menggunakan Win. 3.1], sebab yang lain tidak ada yang faham

sewaktu komputer masuk Kurikulum, saya yang awalnya mengajar Sejarah Kebudayaan Islam, kemudian ditunjuk untuk mengajar TIK sampai mendapatkan SERTIFIKAT

KINI....
HARI INI....

saya mendapatkan banyak ucapan terima kasih dari alumni, karena diantara mereka kini ada yang menjadi guru TK/SD bahkan ada yang mendapat beasiswa dibidang IT di UGM padahal fasilitas Lab kami sangat mempritatinkan

Minggu lalu, siswa kami yang menjadi guru SD sedang disertifikasi dan dialah orang tersibuk di 2 Standar yakni Standar Isi dan Proses, bahkan waktu VISITASI KELAS dia juga yang mengisi

dan Siswa saya waktu VISITASI memakai teknologi IT via Video, Power Point dll

karenanya, para TUTOR langsung mengacungkan kedua jempol usai pelaksanaan visitasi
====

bagi kami di daerah, TIDAK MULUK-MULUK dengan berbagai macam dunia IT terbaru, cukup dengan hal sederhana tapi mampu mengubah dirinya ketika menjadi alumni

TAPI.....

Penghilangan matpel TIK/KKPI membuat si DESA dan si MISKIN hanya MELONGO dan TERGAGAP

Hanya si KAYA dan si KOTA lah yang layak punya komputer.

penghilangan mapel TIK/KKPI akan berimbas kepada repotnya Mahasiswa alumni SMA/K/MA KURTILAS, sebab bimbingan tidaklah seformal didalam kelas

bagi orang kota mungkin mereka bisa komputer [games?....], tapi untuk surat menyurat secara formal, pengetikan skripsi/makalah dengan aturan-aturan tertentu belum tentu pula mereka kuasai

apalagi anak-anak Desa yang akan kuliah, mereka tentu semakin tergagap-gagap dan membutuhkan waktu yang cukup lama beradaptasi dengan dunia OFFICE.

Mari kita lihat dan dengarkan pesan pak anies baswedan di https://youtu.be/53hL2gI313w

 

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun