Saya bermimpi satu orang guru memiliki satu blog yang terkelola dengan baik. Para guru menuliskan pengetahuan dan pengalamannya di blog yang terbaca banyak orang. Semakin banyak konten-konten edukasi bertebaran di dunia maya. Tentu informasi tentang dunia pendidikan dengan mudah kita dapatkan. Kita ajak guru mampu menciptakan informasinya sendiri melalui tulisannya di blog.
Dalam beberapa kesempatan menjadi pembicara dalam dunia tulis menulis, saya selalu gaungkan kampanye “one blog, one teacher”. Saya selalu bersemangat agar kawan-kawan guru mampu menulis dengan belajar menulis di blog pribadinya. Sebab hal itu sudah saya alami sendiri dengan belajar menulis di berbagai blog yang saya kelola. Salah satunya di http://wijayalabs.com.
Semoga mimpi ini menjadi nyata. Saya bersama komunitas sejuta guru ngeblog (KSGN) akan terus mengkampanyekannya melalui kegiatan pelatihan guru menulis dan ngeblog ke berbagai daerah. Semoga dapat bekerjasama juga dengan kompasiana yang sudah semakin besar dan dikenal masyarakat luas.
Berikut ini adalah salah satu contoh reportase kegiatan saya yang diliput media. Semoga bermanfaat!
Ketika Guru Diajak untuk Menulis
Senin, 29 Juni 2015 08:50 WIB
Wijaya Kusumah. (DOK.PRIBADI)
“MENULISLAH setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.” Begitu imbauan yang disuarakan Wijaya Kusuma, tenaga pengajar TIK di SMP Lab School Jakarta, kepada para guru di Indonesia.
Menulis, terutama dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, membuat guru mudah mengikuti kemajuan zaman. Selain itu, penguasaan di sektor teknologi, informatika, dan komputer (TIK) turut berimbas pada pola pengajaran.
Apalagi, kesaran pengajar untuk mengikuti perkembangan TIK belumlah terasa. Menurut Wijaya, rendahnya serapan guru di sektor TIK tak sekadar dilatarbelakangi ketiadaan fasilitas, seperti yang terjadi di sejumlah kota kecil, tapi juga faktor usia seperti yang berlaku di Pulau Jawa.
Kondisi ini ia sayangkan. Sebab dengan TIK, tuturnya, menjadi wadah para guru untuk mengembangkan dan memperluas wawasan. Berangkat dari kegelisahan itu, ia syahan membuat sebuah gerakan bertajuk “Gerakan Guru Ngeblog” pada 2007.
“Kesadaran untuk belajar TIK sebetulnya sudah cukup baik. Namun tetap harus ditingkatkan. Dengan blog, saya mengajak guru untuk berbagi pengalaman dan hal baru dalam pendidikan. Para guru juga dapat menjadikan blog untuk menyebarkan informasi yang diperoleh,” kata Wijaya, pekan kemarin.
Pemanfaatan blog, tuturnya, tak sekadar sarana untuk guru berbagi suka dan duka ketika mengajar, tapi turut menyentuh informasi seputar dunia pendidikan, semisal sertifikasi guru.
Wijaya optimistis, blog dapat memberikan perubahan baik bagi kemampuan akademik tenaga pengajar. “Kemampuan akademik guru bisa dilihat dari hasil tulisannya. Kemampuan yang baik akan menghasilkan tulisan yang informatif dan mudah dibaca. Namun sebaliknya, jika keahlian guru sangat terbatas. Karena itu, jika guru ingin kemampuannya membaik, belajar menulislah sedini mungkin,” imbaunya.
Selain itu, guru yang rajin menulis, kian memberikan motivasi serupa bagi peserta didik untuk mengikuti. Wijaya yakin, murid yang rajn menulis, dengan perlaharan mengalami peningkatkan di bidang akademis.
Ia mengatakan, keharusan guru untuk menguasai TIK tak bisa ditawar, mengingat paparan teknologi yang kini semakin menyentuh siswa. Jika tenaga pengajar tak memahami TIK, ia khawatir peserta didik menjadi sekadar pengguna tanpa mengetahui tujuan dan manfaat lainnya.
Menurut dia, jika penggunaan TIK oleh siswa tak dibentengi, maka efek buruk, semisal serapan informasi negatif, kian disentuh. “Di sinilah peran guru. Pengajar harus bisa memberi informasi tentang informasi yang bisa diakses atau tidak, sheingga tepat sasaran. Kalau gurunya tidak paham, tentu sulit memberi tahu,” imbaunya.
Kasie Penyusunan Program Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tagor Alamsyah Harahap, mengimbau hal serupa.
“Guru memang harus segere melek TIK. Karena kita akan membuat semua sistem administrasi pendidikan serba-online, sehingga guru bisa memantau perkembangan sertifikasi dan juga terkait karier,” tuturnya.
Ia melanjutkan, “Guru yang sudah akrab dengan TIK tentu bisa memanfaatkan sistem ini sebaik mungkin.”
Reportase : Rosmha WidiyaniEditor : Adminhttp://www.harnas.co/2015/06/29/ketika-guru-diajak-untuk-menulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H