Mata saya berkaca-kaca. Bukan karena hendak menangis, tetapi saya bangga dengan Jokowi. Beliau adalah salah satu "idola" yang saya harapkan dapat memimpin bangsa ini. Saatnya Jokowi Nyapres. Jokowi harus diberi kesempatan menjadi calon presiden pada pemilu 2014 nanti. Bukan karena dia populer saja, tetapi getarannya terasa menggema se-Indonesia.
[caption id="attachment_264173" align="aligncenter" width="448" caption="Kompas.com/SABRINA ASRIL Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam rapat kerja nasional PDI Perjuangan, Jumat (6/9/2013)."][/caption]
Apalagi setelah teks "Dedication of Life" yang dibacakan Jokowi dalam Rakernas PDI Perjuangan dibacanya; "Saja adalah manusia biasa. Saja tidak sempurna. Sebagai manusia biasa saja tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hanja kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada bangsa. Itulah dedication of life-ku. Djiwa pengabdian inilah jang mendjadi falsafah hidupku, dan menghikmati serta mendjadi bekal-hidup dalam seluruh gerak hidupku. Tanpa djiwa pengabdian ini saja bukan apa-apa. Akan tetapi dengan djiwa pengabdian ini, saja merasakan hidupku bahagia,- dan manfaat. Soekarno, 10 September 2013".
Jokowi telah mengaku sebagai manusia biasa. Jokowi sama seperti kita, rakyat Indonesia. Tidak sempurna, dan tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.Sikap kerendahan hati inilah yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin.
Apa yang dibacakan oleh Jokowi seolah-olah membuat kita terbang jauh ke masa silam. Suatu masa di mana Bung Karno atau Soekarno pada 10 September 1966 membacakannya secara langsung di hadapan publik. Seolah-olah ini sebuah isyarat agar Jokowi mencalonkan diri menjadi presiden dalam pemilu 2014.
Saatnya Jokowi nyapres. Gubernur DKI Jakarta kemungkinan besar akan dipimpin oleh Ahok. Suka atau tidak suka, bila Jokowi mencalonkan diri menjadi presiden, maka DKI Jakarta akan memiliki gubernur dari Bangka Belitung. Jakarta harus mengikhlaskan pemimpinnya demi Indonesia. Luasnya lautan dan daratan di bumi nusantara akan menjadi pekerjaan Jokowi berikutnya selain membenahi Jakarta yang sudah mulai terlihat tertata rapi dari kepemimpinan sebelumnya.
Saya hanya membayangkan, jika Jokowi nyapres, dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno dalam forumRapat Kerja Nasional III (Rakernas III) merestuinya, maka nama Jokowi menjadi satu-satunya Capres yang akan diusung oleh partai moncong putih ini. Elektabilitas PDI Perjuangan akan melejit, dan bisa jadi teriakan "Jokowi capres, Jokowi capres," akan menggema seantero nusantara.
Jokowi memang manusia biasa. Beliau menyadari sepenuhnya, oleh karena itu Jokowi tak terlalu ngoyo untuk mencalonkan diri menjadi presiden. Kalau Rapat Kerja Nasional III (Rakernas III) memberikannya amanah untuk nyapres, maka kesediaan Jokowi akan disambut oleh mereka yang mendukungnya menjadi presiden republik Indonesia di pemilu 2014.
Suksesi 2014 harus berjalan di bumi pertiwi, dan Jokowi adalah pemimpinnya. Jokowi adalah pemimpin muda potensial yang belum memiliki dosa-dosa politik di masa lalu. Jokowi mempunyai getaran seperti almarhum Bung Karno dan sangat dekat dengan rakyat kecil. Bila Jokowi "blusukan", pastilah banyak orang yang menyembutnya.
Ketika "Dedication of Life" Sukarno dibacakan Jokowi, semua mata tertuju padanya. Jokowi menjadi daya tarik tersendiri. Antusiasme atas kehadirannya tidak hanya ditunjukkan dalam teriakan, tetapi juga suasana hening dan khidmat saat Gubernur DKI Jakarta itu naik panggung dan membacakannya.
Saatnya Jokowi nyapres, dan bersiaplah memenangkan pertempuran di medan politik dengan sportivitas yang tinggi. Ayo matangkan konsolidasi menghadapi pileg dan pilpres tahun depan. PDI Perjuangan harus mengakhiri karirnya sebagai opisisi tahun depan, dan rumuskan program partai dalam menyelamatkan bangsa sesuai dengan Trisakti Bung Karno.
Salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H