Bel tanda masuk ruangan berbunyi. Saya mendapatkan tempat mengawas di ruang 17 yang letaknya di SDN Pisangan Timur 20 yang letaknya bersebelahan dengan SMPN 232 Jakarta.
Ada dua lokasi tempat pelaksanaan yang disiapkan oleh panitia UN. Ruang 1 sampai 14 berada di SMPN 232 Jakarta, dan Ruang 15 sampai 19 berada di SDN Pisangan Timur 20 Pagi Jakarta.
Ketika saya tiba di lokasi, Anak-anak terlihat sudah berbaris rapih di depan ruang kelas. Kebetulan, saya hanya mengawas 10 orang siswa saja dari SMPN 232 Jakarta. Mereka menyalami saya seperti gurunya sendiri, dan saya didampingi ibu Siti Afrika dari SMP Garuda dalam pengawasan di ruang 17.
Di dalam kelas, saya bagikan soal UN kepada para peserta. Mereka menerimanya dengan penuh kehati-hatian. Mungkin mereka takut soal dan Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) rusak atau sobek. Sebab tahun ini, LJUN bergabung dengan soal dan diberi Barcode.
Ternyata memang benar. LJUN tahun ini lebih tipis dari tahun-tahun sebelumnya. Untunglah anak-anak banyak yang membawa papan menulis atau papan berjalan, sehingga LJUN bisa diletakkan pada tempat yang aman. Para peserta saya persilahkan untuk mengisi nama lengkap dan nomor pesertanya. Tak lupa pula saya ingatkan bahwa soal UN juga harus diberi nama dan nomor peserta. Saya bimbing dan lihat satu persatu LJUN yang dituliskan oleh para peserta. saya khawatir ada siswa yang salah menuliskannya. Terutama untuk tahun kelahiran. Saya takut ada yang menuliskan tahun 2013 (masa bayi bisa ikutan UN?).
Teman pengawas sibuk menyiapkan administrasi yang akan kami laporkan kepada panitia, sementara saya mengamati kegiatan siswa. Saya melihat mereka mengerjakan soal UN dengan baik, dan tak ada yang menyontek. Mereka mengerjakannya dengan penuh kejujuran, dan keseriusan.
UN Bahasa Indonesia berjalan lancar dari pukul 07.30 sampai 09.30 wib. Semua siswa di ruang 17 mengerjakannya dengan baik, dan mereka juga telah menanda tangani daftar hadir rangkap tiga. Nyaris tak saya ketemukan kesalahan mengisi LJUN di pihak siswa.
Sesuai dengan panduan tata tertib pengawas, saya bersama teman pengawas mengumpulkan LJUN peserta, dan soal Bahasa Indonesia. Kami periksa kembali dengan teliti, dan lalu menutup amplop dengan stiker yang sudah disiapkan oleh panitia. UN hari pertama pun berjalan dengan tertib dan lancar.
Ketika kembali ke ruang panitia, ternyata saya dan teman pengawas R.17 paling dulu selesainya. Teman-teman pengawas yang lainnya belum ada yang tiba kembali di ruangan. Maklumlah, kami mengawas hanya 10 orang saja, sehingga sangat mudah untuk mengumpulkannya. Tidak butuh waktu lama untuk mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.
Para pengawas diminta untuk menunggu sebentar di ruang pengawas. Panitia UN sedang bekerja cepat memeriksa administrasi pengawas ruang. Setelah mendapatkan persetujuan dari panitia UN SMPN 232 Jakarta, saya pamit untuk kembali ke sekolah.
Senang rasanya bisa menjalankan tugas negera ini dengan baik. Inilah pengalaman nyata menjadi pengurus UN di hari pertama. Ketika sampai di sekolah, saya nyalakan ponsel yang saya matikan selama mengawas UN. Teman saya ibu Lia di Bogor mengabarkan bahwa soal UN Bahasa Indonesia di Kabupaten Bogor belum sampai, dan UN diundur sampai pukul 10.00 wib. Sedih juga mendengarkan kabarnya, dan saya yakin pada akhirnya peserta didik yang menjadi korbannya. pemerintah harus bertanggungjawab, karena ternyata UN tidak bisa serentak dilakukan dengan jam yang sama. Tapi lagi-lagi Mendikbud M Nuh bisa berkelit. "Saya kan bilang UN serentak hari ini, dan bukan jam ini."