Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Mendidik Insan Berkarakter Melalui TIK

21 November 2012   12:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:55 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara bendera adalah salah satu bentuk Pendidikan karakter

A. Guru harus menjadi produsen, dan menghasilkan sesuatu

Para pendidik diharapkan mampu mendorong peserta didiknya untuk mampu menjadi penghasil pengetahuan baru atau informasi baru, dengan begitu bangsa ini tak melulu menjadi bangsa pemakai atau bangsa yang hanya mengekor informasi dari Negara lain yang sudah berkembang teknologinya. Oleh karenanya, kemampuan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa harus terus diajarkan di sekolah-sekolah kita. Pembelajaran bahasa tak hanya melulu soal teori, tetapi merupakan aplikasi nyata yang diharapkan dari hasil membaca. Mereka yang rajin membaca, biasanya akan mampu menulis dengan baik.

B. Guru harus menghasilkan sesuatu yang cocok dengan kebutuhan pembaca/masyarakat

Para pendidik juga dituntut untuk menghasilkan sesuatu karya tulis ilmiah (KTI) yang hasilnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat berpengetahuan yang sangat haus akan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun, untuk bisa mencapai 2 hal tersebut di atas, para pendidik dan peserta didik harus:

  1. Menjadi konsumen yang baik, banyak membaca, kritis terhadap yang dibaca (wawasan luas), dan terus belajar dari orang lain yang berilmu pengetahuan. Jadilah pelopor dan bukan pengekor.
  2. Harus banyak berdiskusi hal-hal baru (sensitif terhadap kebutuhan pembaca / masyarakat), sehingga hasilnya nyata dirasakan oleh masyarakat Indonesia.

Pada dasarnya, TIK cuma sebagai alat bantu saja, tidak lebih. Dia tidak beda dengan mesin tik, cangkul, kompor, dan lain-lain semua alat bantu saja. Dibutuhkan pendidikan budaya dan karakter agar pemanfaatan  alat tersebut menjadi optimal dan maksimal tanpa harus kehilangan kearifan lokal. Kearifan lokal harus dijaga, karena merupakan warisan leluhur yang sangat baik sekali. Oleh karenanya, pembentukan karakter peserta didik harus dimulai dari keluarga lalu kemudian sekolah.

Dari sisi akademik dan non akademik, seorang pendidik seharusnya menyisipkan pendidikan karakter kepada para peserta didik. Melalui olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa, dan karsa para guru membangun karakter mereka selama tiga tahun di sekolah. Semua itu menyatu dalam budaya sekolah yang tetap eksis dan selalu disempurnakan.

Dalam menerapkan pendidikan budaya dan karakter melalui TIK harus dipikirkan benar dampak positif, dan negatifnya. Sebab perkembangan TIK selalu bermata dua. Di satu sisi menguntungkan, dan sisi yang lain merugikan. Para guru harus mampu memberikan materinya dengan cara-cara interaktif, dan membuat para peserta didiknya menjadi kreatif. Pembelajaranpun menjadi menyenangkan. Mereka digiring bukan hanya sebatas mencari dan memperoleh informasi, tetapi juga mampu menciptakan informasi di internet.

Mereka harus diarahkan untuk mampu menjadi produsen pengetahuan, dan bukan hanya menjadi konsumen pengetahuan saja. Gurupun tak terlalu dominan di kelas karena pembelajaran berpusat pada siswa. Guru lebih sering sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran.

Satu kali contoh keteladanan lebih baik daripada 1000 kali perkataan. Para guru harus mampu memberikan contoh yang baik dalam memanfaatkan TIK khususnya internet secara sehat. Dengan begitu mereka akan melihat keteladanan dari gurunya dalam pemanfatan TIK di sekolah. Para peserta didikpun pada akhirnya akan mengikuti pula dalam menjalan internet sehat dengan hati yang sehat pula. Hati yang sehat didapat dari pembinaan pendidikan budaya dan karakter yang terus dikembangkan oleh para guru.

Contoh yang paling mudah dalam pendidikan karakter adalah jujur. Para guru harus mampu menanamkan kejujuran dalam diri setiap peserta didik. Tak berkata bohong  (dusta) dan mampu berkata benar dalam segala sikap dan tingkah lakunya. Hal itu akan dengan mudah tertangkap jelas dari facebook para guru, bila para peserta didiknya telah berteman dengannya. Oleh karena itu jadikan mereka sahabat agar guru dan siswa menjadi dekat. Ajaklah dialog atau diskusi sehingga terjalin komunikasi yang positif antara guru dan siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun