Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Harian Seorang Guru: Darimana Mau Kemana?

12 Agustus 2012   09:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:54 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13447654732006698845

Terus terang hati saya galau ketika membaca berita dan informasi yang saya dapatkan dari berbagai media. Baik itu dari koran maupun dari internet. Rasanya banyak manusia lupa bahwa kita cuma pengembara. Tinggal sebentar, lalu pergi kembali.

Melihat fenomena itu, saya lantas berpikir. Apakah kita sudah tidak tahu lagi tujuan hidup kita di dunia ini? Darimana mau kemana. Itulah yang menjadi judul tulisan ini. Nampaknya kita sudah lupa bahwa hidup kita di dunia ini hanyalah sementara. Masih ada kehidupan lain di akhirat sana yang merupakan perwujudan dari amal perbuatan kita. Tak kita sadari bahwa hidup ini hanya sekali dan kita akan menghadapi kematian.

Darimana mau kemana harus kita renungkan dengan penuh ke-kusyuk’-an. Kalau semua tahu untuk apa kita hidup, pastilah kita akan berusaha untuk senantiasa menjaga lisan dan tingkah laku. Menjaga akhlak agar tetap terjaga sampai maut menjemput. Tak ada kehidupan yang abadi di dunia ini.

Saya teringat masa kecil tentang cerita guru ngaji saya ketika mengaji di Musholla Nurul Iman komplek TNI AL Kodara 3 Jakarta Utara.

Pak ustadz itu membuat kami semua terdiam mendengarkan ceritanya tentang RAJA yang akan meminta pulang rakyatnya kapanpun dia mau tak ada yang bisa menolaknya.

Beginilah ceritanya yang masih saya ingat.

Pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang sangat adil dan dicintai oleh rakyatnya. Sang raja memerintahkan kepada seluruh rakyatnya untuk merantau ke negeri lain. Namun, sang raja berpesan, bila sampai waktu kalian, maka aku akan memintamu pulang. Karena waktu merantau untukmu akulah yang menentukan. Aku bisa menyuruhmu merantau seratus tahun, tapi aku bisa juga memintamu kembali kepadaku hanya dalam waktu hitungan detik. Kuberikan setiap diri dari kalian 2 orang pengawal yang senantiasa mencatat perbuatanmu di negeri orang.

Berdasarkan sabda raja itu, seluruh rakyat menyambutnya dengan suka cita. Semua rakyat berjanji untuk pulang. Semua mempersipkan diri untuk merantau ke negeri lain.

Mulailah mereka berangkat satu persatu keluar dari negeri indah itu. Namun, ada beberapa rakyat yang dipanggil pulang oleh raja lebih dulu. Ada yang baru sampai halaman pagar sudah dipanggil lagi, dan ada yang sudah sampai pintu gerbang, dipanggil lagi oleh sang raja. Namun banyak sekali yang dibiarkan oleh raja merantau ke negeri lain. Raja membiarkan rakyatnya bebas memilih, negeri mana yang jadi sandaran hidupnya.

Alkisah, telah banyak rakyatnya yang telah merantau rindu ingin kembali pulang dan selalu ingat sang raja. Setiap hari mereka tak lupa menyebut nama sang raja dan selalu berbuat kebajikan. Perasaan rindu kepada sang raja tak terukir. Tetapi ada juga yang melupakan sang raja. Asyik merantau dengan negeri barunya yang penuh dengan kemewahan hidup. Mereka lupa perjanjian dengan sang raja, bahwa suatu ketika mereka akan dipanggil pulang. Mereka lupa bahwa mereka hanya sementara saja merantau dan akan kembali lagi ke negeri asalnya. Mereka pun lupa bahwa dalam dirinya ada 2 pengawal yang senantiasa mencatat amal perbuatannya di negeri orang.

Lalu pak Ustadz melanjutkan ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun