Pernahkan kamu merasa senang? Pernahkah kamu merasa puas? Atau pernahkan kamu merasakan nafsu biologismu tercapai? Pasti engkau akan berkata sepert aku, “nikmaaaaat….!”
Namun, aku merasakan kenikmatan hari ini bukan karena nafsu biologisku terpenuhi, melainkan aku merasakan sebuah kenikmatan yang sangat dahsyat. Dahsyat luar biasa, karena aku bisa menegakkan sholat berjamaah tepat pada waktunya. Dari waktu subuh hingga waktu Isya. Disiplin dan tepat waktu.
Aku merasakan sebuah kenikmatan yang tiada taranya. Menikmati sholat lima waktu secara berjamaah. Bertemu Allah lewat Sholat. Bagiku ini adalah sesuatu nikmat yang sangat sulit kuraih. Kenapa?
Wahai kawan!. Waktuku habis di jalan. Waktu ku juga habis untuk kerjaan, dan waktuku habis untuk mencari kenikmatan. Mulai dari menambah harta, tahta dan kata. Ingin dihormati oleh semua orang yang memandangiku. Bahkan, aku pasti akan kalah dengan godaan wanita. Sebab wanita adalah racun dunia. Begitulah sebait lagu yang aku dengar dari group musik asal Bandung.
Terkadang kenikmatan dunia telah meninabobokan kita. Kurang mensyukuri nikmatnya. Kitapun terlena dengan kehidupan yang fana. Padahal hidup hanya sementara saja.
Nimaaaat……! itulah ungkapan rasa yang kuucapkan spontan secara tiba-tiba. Membuat teman-temanku heran, dan bertanya, “ada apa dengan wijaya kusumah?”
Aku merasakan beberapa hari ini nikmat Allah begitu besar kepadaku. Apalagi setelah aku mampu menegakkan rutin sholat lima waktuku tepat waktu. Selalu berjamaah dan tidak sendirian. Sesuatu yang sangat sulit kulakukan, karena begitu banyak pekerjaan yang harus kutangani. Aku terjerat dengan nikmatnya pekerjaan rutinku.
Kalau sudah begitu, tanpa aku sadari Tuhanku adalah pekerjaanku.
Kucoba merenungi diri. Ada saja waktu yang bolong, dan yang paling sering telat dan bolong-bolong adalah sholat magrib dan sholat isya. Biasanya pada kedua waktu itu, aku masih di jalan bergumul dengan kemacetan ibu kota yang tak terduga. Sangat sulitlah untuk bisa tepat waktu, menjalankan sholat lima waktu. Apalagi bisa sholat berjamaah di rumah Allah.
Ada saja seribu alasan yang kubuat untuk berdalih kalau akulah yang benar. Tuhan yang salah. Aku selalu membela diriku sendiri yang tak mampu mengelola waktu dengan baik. Padahal sebenarnya, tak sulit bila kita meninggalkan pekerjaan kita ketika suara Azdan memanggil dari masjid.
Kini, aku punya cara tersendiri untuk mengakali agar aku bisa tepat sholat lima waktu.