Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ibuku, Kartiniku! Bagaimana Denganmu?

21 April 2012   15:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:18 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13350216441764458063

Setiap kali memperingati hari kartini, saya selalu teringat kembali pesan almarhum ibu. Betapa ibu adalah kartiniku. Mampu mengisi hari-hariku dengan semangat kartini yang tak pernah lesu. Bergairah menantang kehidupan yang terkadang tak ramah. Ingin rasanya saya luapkan kesedihan dan kegembiraan di kala ibu masih hidup. Hanya doa yang bisa kupanjatkan agar ibunda tenang di alam sana. Berada dalam surga bersama ayahanda tercinta.

Ibuku bukan orang yang terkenal. Ibuku orang yang biasa-biasa saja. Ikut mengerjakan apa yang dilakukan oleh ibu-ibu kebanyakan. Hanya saja bedanya, ibuku orang yang cerdas dan mau terus belajar sepanjang hidupnya. Beliau belajar dari siapa saja yang membantunya menemukan pengetahuan baru. Tak salah bila aku menjulukinya, ibuku perpustakaan pertamaku.

Aku sendiri adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ibu memiliki 3 orang anak laki-laki, dan 3 orang anak perempuan. Tiga pasang kata orang. Dengan 6 orang anak, ibuku membesarkan anak-anaknya dengan baik. Ibuku tak kenal lelah melayani kami semua anak-anaknya. Tahun 1998, ibu meninggalkan kami semua untuk selama-lamanya, karena sakit hipertensi. Sedih sekali rasanya ditinggalkan ibu.

Foto Jadul Keluargaku

Aku masih teringat ketika aku kecil. Ibuku memberiku pesawat terbang mainan yang terbuat dari kertas. Sejak saat itu aku bercita-cita menjadi pilot pesawat terbang. Ibuku menasehati bahwa kalau mau jadi pilot, maka harus rajin belajar dan banyak berolah raga agar badanku langsing, sehat dan tinggi.

Keinginan dan cita-cita terkadang tak sesuai harapan. Harapan dan kenyataan serasa menjauh. Aku gagal mewujudkan impianku. Aku tak pernah bisa menjadi pilot. Selain berkacamata, tubuhku pun pendek. Tak memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang pilot. Sedih rasanya tak bisa menggapai cita-cita. Aku hanya bisa menghayal dan bermimpi mengendarai pesawat terbang. Terkadang aku menghayal jauh bila membaca buku karya pak Chappy Hakim, Aku Pengen Jadi Pilot.

Ibuku tak tinggal diam. Dia tahu aku kecewa dan mengalami patah semangat. Ibuku membangkitkan semangatku. Beliau memberi nasehat yang sangat bermanfaat sekali bagiku. Jadikanlah kegagalan itu sebagai pembelajaran yang terindah dalam hidupmu. Masih ada profesi lain yang bisa membuatmu bermanfaat buat orang banyak. Jadilah manusia yang mampu melejitkan potensi diri, dan jadikanlah kegagalan sebagai awal dari kesuksesanmu. Lawanlah dirimu sendiri, dan terimalah kenyataan dengan hati yang lapang. "Berkali kita gagal, lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh, lekas berdiri, dan jangan mengeluh", itulah pesan ibuku yang masih kuingat.

Berkat motivasi dari ibu, aku bangkit kembali dari kegagalanku. Ibuku bukan hanya kartiniku, beliau juga motivatorku. Di saat-saat aku terluka karena jatuh cinta, ibuku tersenyum membantu anaknya. Katanya, wanita tak hanya satu, masih banyak wanita lain yang bisa kamu nikahi. Itulah mengapa saya jadi kebal bila ditolak wanita, hehehe. Ibuku selalu memotivasiku agar mampu menarik hati wanita dengan cinta dan kasih sayang.

Wanita itu butuh kepastian. Wanita itu butuh cinta dan kasih sayang. Sama halnya dengan pria. Hanya bedanya, pria lebih mengandalkan logika berpikirnya ketimbang perasaannya sehingga banyak pria yang kurang memahami perasaan hati seorang wanita. Khususnya dalam hal-hal yang sifatnya pribadi. Pria itu terkadang lebih egois dan tak mau memahami perasaan wanita.

Ibuku adalah kartiniku. Dia bukan hanya mengaplikasikan buku kartini "habis gelap terbitlah terang" dalam hidupnya, tetapi juga mampu memberikan inovasi kepada anaknya untuk menjadi pria yang gagah perkasa. Tak salah bila aku begitu banyak dipuja dan dipuji para wanita, hehehe. (GR Niyeee...wkwkwk).

Sekedar informasi. Ibuku dulu bekerja sebagai perawat. Tepatnya perawat fisioterapi. Beliau pernah bekerja di rumah sakit TNI AL Mintohardjo, lalu memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga biasa untuk membesarkan anak-anaknya.

Dari seorang ibu yang terbiasa bekerja di luar rumah, kini harus bekerja full di dalam rumah tidak membuat ibuku menjadi ibu rumah tangga biasa. Ibuku memang kreatif. Ada saja yang beliau kerjakan. Rasanya waktu selama 24 jam tidaklah cukup bagi ibuku. Aku perhatikan, ibuku sedikit sekali waktu istirahatnya.

Ibuku tak pernah bangun kesiangan. Rasanya ibuku tak pernah kalah dengan ayam berkokok di waktu subuh. Di saat pagi hari atau pagi buta, ibuku sudah sibuk dengan pekerjaannya. Mulai dari memasak, mencuci pakaian, merapihkan rumah hingga pekerjaan tetek bengek lainnya.

Bila aku mau berangkat ke sekolah, sarapan pagi sudah siap di meja makan, dan ibuku selalu membawakan bekal buat anak-anaknya agar tak terlalu banyak jajan di sekolah. Bagiku, masakan ibuku adalah masakan terbaik di dunia. Ibuku adalah koki yang paling hebat yang seharusnya masuk museum rekor Indonesia. Bagiku, pemandu acara memasak seperti Farah Quin masih kalah hebat dengan kehebatan ibuku memasak.

Bila ibu memasak sayur lodeh kegemaranku, maka harumnya sayur sudah terasakan didetik-detik awal kita menciumnya. Ketika lidah telah mencicipinya, maka akan terasakan sebuah kenikmatan yang tiada tara. Rasanya, koki manapun di dunia ini akan kalah telak dengan masakan ibuku. Belum lagi bila ibuku memasakkan sayur opor ayam  kegemaranku. Hmmmm...nikmat sekali rasanya.

Ibuku memang makhluk Tuhan yang serba bisa. Selain jago memasak, beliau juga jago menjahit. Ada dua mesin jahit merk butterfly di rumahku. Kedua mesin jahit itu digunakan ibu untuk menjahit pakaian wanita pesanannya. Bila lagi kebanjiran order, ibuku sampai larut malam mengerjakan jahitannya. Banyak orang puas dengan jahitan ibuku yang terkenal teliti dan bagus pula coraknya. Ibuku pandai sekali merancang busana, terutama busana wanita yang sedang nge-trend saat itu. Keterampilan ibuku, diwariskan kepada kakakku yang perempuan.

Selain pandai memasak dan menjahit, ibuku juga pandai mengajari anak-anaknya. Setiap kali aku bertanya kepada ibu, pastilah ibu bisa menjawabnya. Seperti mesin pencari Google di internet yang cepat sekali mencari informasi yang kita cari.

Ibu selalu bisa menjawab pertanyaanku karena ibu tak pernah lepas dari kegiatan membaca. Ada saja yang beliau baca di waktu luangnya. Bila ibu tak sanggup menjawab pertanyaanku, maka ibu akan segera mencari tahu dan bertanya kepada ahlinya.

Untunglah, di rumah kami ayah berlangganan majalah dan koran. Banyak informasi penting yang kudapatkan. Ibupun masih sempat setiap bulannya mengajakku pergi ke toko buku. Bila ibu tak sempat, maka aku pergi bersama kakakku yang kutu buku. Bagi keluarga kami, buku adalah sumber ilmu.

Ibuku adalah kartiniku. Semoga terus begitu. Kini aku lihat istrikupun memiliki sifat dan karakter yang sama seperti almarhum ibu. Terus belajar dan mau belajar meskipun dia hanya ibu rumah tangga biasa. Baginya rumah tangga adalah tempatnya berjihad dalam membesarkan anak-anaknya.

Ibuku adalah kartiniku! Bagaimana denganmu?

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun