Guru tangguh berhati cahaya tidaklah seperti itu. Tunjangan profesi yang didapatnya digunakan untuk mengembangkan dirinya menjadi guru profesional. Belajar dan terus belajar agar dirinya menjadi seperti mata air yang tak pernah habis diambil airnya. Mampu menjadi tauladan dan memiliki sifat kenabian.
Semoga kita salah satu guru yang telah mampu menjadi guru tangguh berhati cahaya, seorang guru yang mampu menjadi seorang motivator dan membuat dirinya tak pernah sepi dari rasa kasih sayang peserta didiknya yang haus akan ilmu dan kedamaian hakiki.
Guru tangguh berhati cahaya sudah dicontohkan oleh sosok KH. Akhmad Dahlan. Tinggal kini kita mengambil ibroh atau pelajaran penting agar mampu untuk menjadi sosok seperti itu. Setidaknya kita telah menjadi sosok guru ideal seperti Ki hajar Dewantoro dengan "tut wuri handayani" yang terkenal itu. Pastilah kita bersetuju kalau Ki Hajar Dewantoro adalah contoh dari guru tangguh berhati cahaya. Mari kita meniti jejak sang guru dengan cara membaca kisahnya, dan mengmbil manfaat dari kisah mereka yang dituliskan oleh mereka sendiri sebelum mati.
Guru tangguh berhati cahaya tak akan pernah mati. Sebab dia mengikat ilmunya dengan cara menuliskannya. lihatlah contoh Buya Hamka. Seorang ulama terkenal negeri ini. Jasadnya memang sudah lama mati. Tetapi ajarannya akan terus abadi, karena beliau telah menuliskannya sebelum mati. Kita pun dibuat terharu bila membaca hasil karya mereka yang luar biasa. Mari kita menjadi guru tangguh berhati cahaya.
Salam blogger persahabatan
Omjay http://wijayalabs.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI