Tak terasa semakin malam aku berada di rumah Allah ini. Belum kutemukan jawaban atas doa-doaku. Belum kutemukan sebuah mukjijat ada di depanku.
Seandainya aku berada dalam negeri para pemimpi, mungkin sekotak susu untuk anakku sudah ada di depan mataku. Akupun akan tersenyum karena karena begitu mudah mendapatkan sekardus susu.
Di pojokan masjid aku temukan sebuah surat kabar. Tiba-tiba saja, aku tertarik membaca berita sebuah koran. Aku temukan dalam himpitan sajadah panjang di pojokan masjid. Mungkin ada yang sholat waktu itu, dan korannya terlupa untuk dibawa.
Aku baca berita yang sungguh menyedihkan. Seorang mahasiswa membakar dirinya di depan istana. Sungguh menyeramkan dan menyedihkan. Baginya negara sudah tidak ada. Negara sudah tak mengurus rakyatnya lagi. Negara tak mendengar jeritan rakyatnya yang menderita kemiskinan dan kebodohan. Negara sudah tak peduli lagi dengan nasib kami yang papa.
Akupun terdiam setelah membaca berita di koran itu. Kutanggalkan satu persatu bajuku. Kufoto diriku dalam keadaan bugil. Lalu kuambil korek api untuk membakar rokokku yang memang tinggal sebatang. Akupun berpikir. Haruskah aku membakar diriku? Haruskah aku menghanguskan diriku karena tak mampu beli susu untuk anakku? Atau haruskah foto bugil ini yang kutayangkan?
[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="http://images.wikia.com/bajing-pedia/id/images/5/59/Baby-hitler.jpg"]
Salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H