Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru Kreatif dan Produktif dengan Edupreneurship

29 November 2011   06:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:03 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_145428" align="aligncenter" width="409" caption="kartun by asril (guru labschool Kebayoran)"][/caption]

Saat ini masih banyak guru yang belum kreatif dan produktif. Mereka hanya menjadi guru yang sebatas mengajar saja. Padahal banyak sekali yang bisa dikembangkan dari mata pelajaran yang diampunya. Bahkan para guru bisa menjadi seorang entrepreneurship yang handal di bidang pendidikan. Mereka tak perlu berdagang, tetapi cukup menjadi guru yang kreatif dan produktif. Salah satu cirinya adalah mereka mampu merancang kegiatan pembelajaran yang efektif, dan berkualitas. Merekapun mampu memahami quantum teaching, dan menguasai berbagai metode pembelajaran.

Apa sih guru yang kreatif itu? Lalu apa pula guru produktif? Mari kita jawab pertanyaan ini dengan senyuman manis di bibirmu. Siapa tahu anda dapat menjadi seorang edupreneurship yang mampu membuat model desain sistem pembelajaran yang menyenangkan. Guru senang, dan peserta didikpun senang.

Guru kreatif adalah guru yang tak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara baru untuk menemukan potensi unik siswa. Baginya, setiap tahun harus ada kreativitas yang dikembangkan dalam dirinya. Sehingga materi yang disampaikannya tak melulu itu-itu saja setiap tahunnya. Bila dia mengajar sudah 10 tahun, maka 10 tahun itulah dia mengulang materi yang itu-itu saja tanpa ada kreativitas di dalamnya. Padahal setiap tahun tentu kita akan mengalami peserta didik yang tidak sama dengan tahun sebelumnya.

Guru harus kreatif dalam menyampaikan bahan ajarnya sehingga sampai ke otak siswa dengan cara-cara menyenangkan. Hanya guru-guru kreatiflah yang bisa melakukan itu. Sebab dirinya tidak pernah berhenti belajar, dan selalu mencoba dari ilmu yang telah dibacanya. Merekapun aktif dalam mengikuti berbagai pelatihan agar mampu menambah wawasan mereka tentang dinamika pembelajaran.

Guru produktif adalah guru kreatif yang tidak pernah puas dengan pembelajaran yang dilaksanakannya. Dia selalu melakukan refleksi diri melalui penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya sendiri. Melalui kolaborasi teman sejawat, dia akan memperbaiki kekurangannya dalam pembelajaran, dan dituliskannya. Hal itulah yang membuatnya menjadi produktif.

Apa yang dikerjakannya selalu dituliskan. Guru produktif akan menuliskan apa yang dikerjakan dan mengerjakan apa yang dituliskan. Konsisten dan komitmen dalam menjaga diri untuk menulis membuatnya menjadi guru yang produktif. Salah satu contoh yang paling mudah adalah buku pelajaran yang diampunya sudah dibuatnya sendiri dengan perbaikan terus menerus. Dia pun tak hanya mengajar secara teks book, tetapi juga mampu membuat handout dan jobsheet yang menarik perhatian peserta didik. Mereka pun menjadi aktif di dalam pembelajaran.

Edupreneurship akan menumbuhkan kebiasaan guru untuk menulis. Menghasilkan tulisan yang kreatif, menarik, dan memiliki nilai komersial dengan dukungan sarana TIK. Selain itu guru akan mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan untuk dapat ditularkan kepada anak didik melalui metode pembelajaran. Pada akhirnya akan merubah guru dari sekedar user (pengguna) buku pelajaran menjadi writer/producer (penghasil/penulis) buku dan materi pelajaran yang dikuasainya."Ikatlah ilmu dengan menuliskannya".

Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa henti. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan komponen-komponen yang berinterfungsi satu sama lain. Dalam sebuah sistem, komponen yang satu akan menjadi masukan bagi komponen-komponen yang lain dalam mencapai tujuan. Tujuan itu jelas akan selaras dengan indikator atau pencapaian yang diharapkan, sehingga mencapai kompetensi dasar (KD).

Guru kreatif akan dapat menangkap peluang itu, dan membuatnya menjadi guru produktif. Selalu saja ada ide-ide segar yang membuatnya menemukan sistem pembelajaran dengan berbagai model. Bahkan, dia mampu membuat media pembelajarannya sendiri untuk membantu para peserta didiknya menerima materi pelajaran dengan baik. Tak salah, bila guru seperti itu menjadi guru yang kaya. Guru yang tak pernah kehabisan ide kreatifnya, dan membuatnya menjadi semakin produktif dalam menjadi guru di era baru. Guru di era web 2.0.

Guru di era baru adalah guru yang mampu melihat perubahan yang terus terjadi. Dia menempatkan siswa sebagai komponen penting dalam sitem pembelajaran di sekolah, karena siswa merupakan subyek dari proses dan aktivitas pembelajaran. Pembelajaran harus menjadi sebuah aktivitas yang berfokus pada siswa, dan bukan pada guru. Guru tak boleh terlalu dominan di kelas, sebab fungsi guru sebagai fasilitator, dan motivator.

Setiap siswa merupakan individu yang unik dengan potensi kemampuan yang berbeda-beda. Howard Gardner-psikolog dan ilmuwan dari Harvard University mengemukakan sebuah dimensi baru tentang kecerdasan manusia. Kecerdasan itu adalah matematis-Logis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan musikal ritmis, kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik.

Guru kreatif akan mampu menemukan kecerdasan setiap peserta didiknya. Diapun menjadi produktif karena apa yang ditemukannya menjadi bahan pembelajaran yang menarik. Kalau sudah begitu, edupreneurship atau pendidikan kewirausahaan tinggal disisipkan saja sebagai bumbu yang membuat peserta didik akhirnya mampu mandiri dan bermental pengusaha. Mental pengusaha akan membuatnya tak akan pernah menyerah dalam kondisi apapun. Berani berdiri tegar di tengah badai.

Sudahkah kita sebagai guru merubah mind set mereka dari bermental pegawai menjadi bermental pengusaha? Bila jawabannya sudah, maka sekolah tak akan melahirkan lulusan yang menjadi pengangguran terdidik. Buat apa sekolah kalau para guru tidak mampu melahirkan peserta didik yang bermental enterpreneurship?. Oleh karenanya para guru harus memiliki ilmu edupreneurship yang membuatnya terlatih menjadi guru yang kreatif, dan produktif.

Kreatif bukan ilmu yang bisa dipelajari tapi sesuatu yang bisa dilatih dengan mulai dari yang sederhana. Bagi peserta didik, peran pengajar atau pendidik mempunyai andil yang besar untuk keberhasilan masa depan siswanya. Semoga banyak Guru di Indonesia makin kreatif, dan para edukator kita mempunyai "entrepreneurship mind set" untuk anak didiknya, Insya Allah ... amin.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun