[caption id="attachment_145428" align="aligncenter" width="409" caption="kartun by asril (guru labschool Kebayoran)"][/caption]
Saat ini masih banyak guru yang belum kreatif dan produktif. Mereka hanya menjadi guru yang sebatas mengajar saja. Padahal banyak sekali yang bisa dikembangkan dari mata pelajaran yang diampunya. Bahkan para guru bisa menjadi seorang entrepreneurship yang handal di bidang pendidikan. Mereka tak perlu berdagang, tetapi cukup menjadi guru yang kreatif dan produktif. Salah satu cirinya adalah mereka mampu merancang kegiatan pembelajaran yang efektif, dan berkualitas. Merekapun mampu memahami quantum teaching, dan menguasai berbagai metode pembelajaran.
Apa sih guru yang kreatif itu? Lalu apa pula guru produktif? Mari kita jawab pertanyaan ini dengan senyuman manis di bibirmu. Siapa tahu anda dapat menjadi seorang edupreneurship yang mampu membuat model desain sistem pembelajaran yang menyenangkan. Guru senang, dan peserta didikpun senang.
Guru kreatif adalah guru yang tak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara baru untuk menemukan potensi unik siswa. Baginya, setiap tahun harus ada kreativitas yang dikembangkan dalam dirinya. Sehingga materi yang disampaikannya tak melulu itu-itu saja setiap tahunnya. Bila dia mengajar sudah 10 tahun, maka 10 tahun itulah dia mengulang materi yang itu-itu saja tanpa ada kreativitas di dalamnya. Padahal setiap tahun tentu kita akan mengalami peserta didik yang tidak sama dengan tahun sebelumnya.
Guru harus kreatif dalam menyampaikan bahan ajarnya sehingga sampai ke otak siswa dengan cara-cara menyenangkan. Hanya guru-guru kreatiflah yang bisa melakukan itu. Sebab dirinya tidak pernah berhenti belajar, dan selalu mencoba dari ilmu yang telah dibacanya. Merekapun aktif dalam mengikuti berbagai pelatihan agar mampu menambah wawasan mereka tentang dinamika pembelajaran.
Guru produktif adalah guru kreatif yang tidak pernah puas dengan pembelajaran yang dilaksanakannya. Dia selalu melakukan refleksi diri melalui penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya sendiri. Melalui kolaborasi teman sejawat, dia akan memperbaiki kekurangannya dalam pembelajaran, dan dituliskannya. Hal itulah yang membuatnya menjadi produktif.
Apa yang dikerjakannya selalu dituliskan. Guru produktif akan menuliskan apa yang dikerjakan dan mengerjakan apa yang dituliskan. Konsisten dan komitmen dalam menjaga diri untuk menulis membuatnya menjadi guru yang produktif. Salah satu contoh yang paling mudah adalah buku pelajaran yang diampunya sudah dibuatnya sendiri dengan perbaikan terus menerus. Dia pun tak hanya mengajar secara teks book, tetapi juga mampu membuat handout dan jobsheet yang menarik perhatian peserta didik. Mereka pun menjadi aktif di dalam pembelajaran.
Edupreneurship akan menumbuhkan kebiasaan guru untuk menulis. Menghasilkan tulisan yang kreatif, menarik, dan memiliki nilai komersial dengan dukungan sarana TIK. Selain itu guru akan mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan untuk dapat ditularkan kepada anak didik melalui metode pembelajaran. Pada akhirnya akan merubah guru dari sekedar user (pengguna) buku pelajaran menjadi writer/producer (penghasil/penulis) buku dan materi pelajaran yang dikuasainya."Ikatlah ilmu dengan menuliskannya".
Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa henti. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan komponen-komponen yang berinterfungsi satu sama lain. Dalam sebuah sistem, komponen yang satu akan menjadi masukan bagi komponen-komponen yang lain dalam mencapai tujuan. Tujuan itu jelas akan selaras dengan indikator atau pencapaian yang diharapkan, sehingga mencapai kompetensi dasar (KD).
Guru kreatif akan dapat menangkap peluang itu, dan membuatnya menjadi guru produktif. Selalu saja ada ide-ide segar yang membuatnya menemukan sistem pembelajaran dengan berbagai model. Bahkan, dia mampu membuat media pembelajarannya sendiri untuk membantu para peserta didiknya menerima materi pelajaran dengan baik. Tak salah, bila guru seperti itu menjadi guru yang kaya. Guru yang tak pernah kehabisan ide kreatifnya, dan membuatnya menjadi semakin produktif dalam menjadi guru di era baru. Guru di era web 2.0.
Guru di era baru adalah guru yang mampu melihat perubahan yang terus terjadi. Dia menempatkan siswa sebagai komponen penting dalam sitem pembelajaran di sekolah, karena siswa merupakan subyek dari proses dan aktivitas pembelajaran. Pembelajaran harus menjadi sebuah aktivitas yang berfokus pada siswa, dan bukan pada guru. Guru tak boleh terlalu dominan di kelas, sebab fungsi guru sebagai fasilitator, dan motivator.