Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menulis adalah Bekerja Untuk Keabadian

2 Juli 2011   15:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:59 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_117322" align="aligncenter" width="600" caption="Bang Edi Sembiring, Omjay, dan Mbak Liany hendranata (sumber: Foto Dian kelana)"][/caption]

Merinding saya membaca artikel yang dituliskan oleh Mas eko di http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/02/keteguhan-pram/.  Mas eko menceritakan bagaimana keteguhan seorang Pramoedya Ananta Tour dalam menulis, walaupun dengan fasilitas apa adanya. Dengan kertas bekas bungkus semen almarhum Pramoedya Ananta Tour menuliskan novel tetralogi Pulau Buru dalam kondisi serba kekurangan. Begitupun dengan almarhum Buya Hamka. karya-karya besarnya terlahir di penjara. Kita masih bisa membaca karya beliau di bawah lindungan ka'bah, dan beberapa karya tulis lainnya yang masih bisa kita baca hingga saat ini. Padahal penulisnya sudah tiada.

Sayapun menjadi teringat ketika menghadiri peluncuran buku The Power of Sex karya Lianny Hendranata di Mall Pejaten Village. Mendapatkan buku dan tanda tangan dari penulisnya secara langsung, sungguh bahagia. Kamipun berfoto bersama yang diabadikan oleh fotografer handal, bang Dian Kelana di sini.

Bagi saya, para penulis yang saya sebutkan di atas itulah yang membuat saya selalu berusaha untuk menulis. Menyampaikan pesan dari pikiran saya secara jernih. Dengan begitu orang menjadi tahu apa yang ingin saya sampaikan. Bukan hanya melalui lisan, tetapi juga tulisan yang lebih kekal dan tahan lama.

Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Ketika saya mati ada pesan-pesan tertulis yang sudah saya sampaikan. Bila itu terajut dalam sebuah buku, maka buku itu akan menjadi tubuh yang tak pernah mati. Dibaca banyak orang, dan memberikan pencerahan kepada para pembaca. Oleh karena itu, kita dituntut untuk kreatif, sehingga isi buku menarik untuk dibaca, dan dibedah isinya. Kita pun bisa berdiskusi dari karya tulis yang dibuat oleh para penulis handal yang tak pernah kekeringan ide seperti NH Dini.

Menulis memang bukan pekerjaan mudah. Kita dituntut untuk banyak membaca. Memang susah pada awalnya. tapi yakinlah bahwa susah itu mudah, dan bebaskan hidupmu dengan cahaya. Seperti apa yang dituliskan Ustadz Yusuf Mansur dalam bukunya. Susah itu Mudah. Bebaskan Hidupmu dengan cahaya.

1309621438788657935
1309621438788657935

Dengan banyak menulis, anda akan seperti cahaya manakala tulisan anda dapat menerangi jiwa pembacanya. Menerangi jiwa yang gelap dari persoalan hidup yang menghimpit.  Kun Fayakun. Mudah sekali bagi Allah bila kita menyadari bahwa kita hanyalah hamba-Nya yang lemah. Kelemahan inilah yang akhirnya membuat kita menyadari akan perlunya kita berbagi. Dengan berbagi kita akan saling memperkuat diri, dan alangkah baiknya bila berbagi itu dituliskan dalam bentuk tulisan dan bukan hanya lisan.

Malam ini saya merenung. Mencoba menerawang jauh ketika almarhum Pramoedya Ananta Tour menuliskan karya-karyanya. Saya pun juga membayangkan almarhum Buya Hamka menuliskan karya emasnya yang mempesona. Bagi saya mereka berdua tidak mati. Mereka hidup melalui tulisan-tulisannya. Mereka menulis  karena menyadari akan menuju keabadian. Keabadian menuju Tuhan-Nya yang memberikan kehidupan.

Tubuh mereka bolah saja hancur lebur ditelan bumi, tetapi karya tulis mereka akan tetap abadi dan menginspirasi semua orang yang membaca tulisan-tulisannya. Mereka adalah Maha guru dari para guru menulis yang menghabiskan waktunya untuk menulis. Dengan menulis, mereka merasakan sekat-sekat birokrasi, dan kokohnya benteng penjara dapat tembus dengan kedahsyatan tulisan-tulisan mereka yang bergizi tinggi.

Keimanan dan Ketakwaan mereka kepada Tuhan pemilik bumi telah membuat mereka menyadari akan adanya hidup sesudah mati. Karena kesadaran itulah lahir karya-karya mereka yang tidak biasa. Saya menuliskannya LUAR BIASA!. Di tengah keterbatasan fasilitas, mereka masih sanggup menulis dan terus menerus menulis setiap hari demi kemajuan negeri. Mengajarkan kebaikan untuk sesama manusia. Bagi mereka menulis adalah bekerja untuk keabadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun