Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Banyak Orang Asing Lebih Indonesia dari Orang Indonesia?

22 Juni 2011   14:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:16 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru saja saya ngobrol lama dengan Mr. Philips. Kami mengobrol di sela-sela acara kongres IGI (21-23 Juni 2011). Beliau sudah 18 tahun tinggal di Indonesia, dan sangat fasih berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mr. Philips adalah salah seorang peserta kongres IGI yang aktif. Beliau hadir mewakili wilayah Ciputat, dan sebagai pemerhati pendidikan. Saya sangat terkesan dengan penampilannya yang rapi dan senang melucu. Kami pun larut dalam pembicaraan tentang pendidikan di Indonesia. Baginya, mengabdi dalam dunia pendidikan adalah menantang, dan sangat menyenangkan. Sayapun lantas bertanya kepada diri saya sendiri kenapa banyak orang asing lebih Indonesia dari orang Indonesia?

[caption id="attachment_115517" align="aligncenter" width="600" caption="Mr. Philips, dan Omjay"][/caption]

Kami asyik mengobrol santai. Saya memulainya dengan banyak bertanya, dan saya biarkan Mr. Philips bercerita tentang dunia pendidikan di Indonesia. Bagi saya, beliau adalah orang unik dan antik yang mau bersibuk diri untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Padahal kita sama-sama tahu bahwa berjuang di bidang pendidikan tak banyak menghasilkan keuntungan dari sisi materi. Banyak energi yang keluar, dan sementara hasilnya terkadang tak sebanding dengan pengorbanan yang diberikan. Apalagi beliau adalah orang asing yang begitu peduli dengan dunia pendidikan kita. Beliau banyak memberikan pencerahan dan menginspirasi para guru Indonesia untuk melakukan perubahan dari dalam diri.

[caption id="attachment_115523" align="aligncenter" width="600" caption="Omjay dan Mr. Philips Terlibat Obrolan santai"][/caption]

Sebagai seorang guru bahasa Inggris dan juga seorang Trainer yang tinggal di daerah Ciputat Tangerang Banten, beliau mengajari peserta didiknya dengan cara belajar bahasa Inggris dengan cara-cara yang berbeda dari kebanyakan. Saya pun terkesima ketika dia mengatakan rahasianya pandai berbahasa Indonesia. Sebab menurutnya bahasa bukan untuk dihafalkan tapi dilaksanakan. Kita harus memahami konteksnya, dan dengan begitu bahasa akan mudah dipahami. Beliau mengatakan, dengan berani langsung berbicara dalam bahasa Indonesia, membuatnya menjadi terlatih dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Menurutnya, bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat menarik untuk dipelajari.

Sambil menikmati Siomay Menteng yang lezat dan menikmati minuman teh botol sosro, beliau bercerita banyak dengan saya tentang kerakusan birokrasi di negeri ini. Itulah mengapa bangsa ini agak sulit naik mutu pendidikannya ketika kerakusan birokrasi masih terjadi. Banyak kritikan pedas yang disampaikan Mr. Philips dan membuat saya semakin ingin mengobrol dengannya, walaupun ada sedikit kelucuan ketika Mas Mampu Ono  (ketua IGI Jateng) menirukan ucapan atau gaya bahasa Mr. Philips dalam berbahasa Indonesia. Saya pun menjadi tertawa dibuatnya. Sebab terdengar sangat lucu di telinga. Wah bagus banget tuh kalau anak-anak kita diminta menirukan orang bule bicara, hehehe.

[caption id="attachment_115525" align="aligncenter" width="600" caption="Mas mampu Ono dan Mr. Philips"][/caption]

Tak terasa ngobrol bareng dengan Mr. Philips yang memiliki istri orang Ciputat ini menghabiskan waktu hampir satu jam. Sayapun meminta pak Sekjen IGI (Mas Moh. Ihsan) untuk memotret kami, dan mendokumentasikan kebersamaan kami selama beberapa hari ini di kantor kemendiknas Senayan Jakarta Selatan. IGI pun semakin dikenal oleh masyarakat yang serius dan peduli dengan pendidikan. Program kerja IGI menukik langsung untuk meningkatkan mutu guru di Indonesia.

Mr. Philips yang berkewarganegaran asli Australia ini sangat ramah dan memohon pamit untuk pulang lebih dahulu karena jadwal kereta apai telah menunggunya. Katanya perjalanan dari kemendiknas hanya 30 menit menuju Stasiun Sudimara. Beliau lebih suka naik kereta api ekspress dari Stasiun Sudimara menuju Sudirman. Lagi-lagi saya dibuat kagum dengan orang bule yang satu ini. Cepat bergaul, dan mudah sekali menyesuaikan diri.

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari kongres IGI yang pertama ini. Terutama dari pertemuan saya dengan Mr. Philips yang menginspirasi. Orang asing yang begitu menguasai permasalahan guru dan pembelajaran yang interaktif. Pertemuan kami yang tidak disengaja, karena hendak membeli minuman di sekitar tempat kongres membuat saya semakin paham kenapa orang asing lebih Indonesia dari orang Indonesia. Mereka berusaha keras untuk bisa menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bukan hanya bahasanya, tetapi juga budayanya. Itulah yang membuat mereka diterima oleh semua golongan, dan mampu berkomunikasi dengan baik kepada siapapun. Mereka berusaha keras untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik, dan mengikuti aturan yang berlaku di republik ini.

Saya pun akhirnya banyak belajar dari Mr Philips yang sudah lebih Indonesia dari orang Indonesia. Semoga besok kita bertemu lagi, dan berdiskusi lebih lama lagi tentang pembelajaran e-learning yang menurutnya membuat manusia menjadi sepert robot dan menghilangkan kreativitas. Bahkan cenderung membosankan siswa.

Dengan hanya menggunakan pensil, seorang guru yang kreatif akan mampu membuat pembelajaran yang menarik, dan terjadi interaksi antara pendidik, dan peserta didiknya. Pembelajaranpun menjadi dua arah, dan masing-masing fokus dengan materi yang diberikan. Terjadi komunikasi yang baik antara murid dengan gurunya.

Akhirnya, bertemu dan mengobrol akrab dengan Mr Philips membuat saya lebih memahami kenapa orang asing lebih Indonesia daripada orang Indonesia. Mereka begitu tulis mengganyang kebodohan dan mencerdaskan anak bangsa ini. Mereka fokus dengan apa yang menjadi perjuangannya. Semoga saja saya salah, dan hanya menurut alam pemikiran saya saja. Mohon kiranya kita bisa berdiskusi soal ini.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun