“Itu karena kecakapan teknik yang tinggi tidak disertai dengan entrepreneurship (kewirausahaan) sehingga tidak dapat di manfaatkan secara efektif di tengah masyarakat,” ujar Agung B. Waluyo, PhD, dosen Universitas Ciputra, Jakarta.
Itulah sedikit cerita tentang lulusan perguruan tinggi kita yang belum siap menghadapi ganasnya persaingan kerja. Kita harus mampu mempersiapkan para sarjana kita untuk mampu juga berwirausaha, dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Dengan begitu, seorang sarjana akan mampu mandiri, karena telah dibekali ilmu kewirausahaan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendidikan adalah eskalator sosial ekonomi. Kita sudah harus mempersiapkan anak-anak kita untuk mampu menghadapi persaingan global, dan memiliki jiwa kewirausahaan. Jika tidak, maka kita akan menjadi negara tertinggal dengan semakin banyaknya pengangguran terdidik. Perguruan tinggi tak lagi melahirkan sarjana-sarjana berkualitas, karena alasan minimnya dana dan begitu mahalnya biaya kuliah di perguruan tinggi.
Kita berharap, semakin banyak orang Indonesia bisa ikut eskalator pendidikan tinggi, dan tanpa melihat lagi status sosial ekonomi mereka. Perguruan tinggi harus mampu menyelenggarakan pendidikan untuk semua dengan manajeman bisnis yang handal. Hal itu tentu akan terjadi bila dosen-dosen di perguruan tinggi segera mengupdate diri dan menjadi dosen yang memiliki jiwa entrepreneurship dan memiliki konsep pembiayaan. Sehingga mereka mampu menjadi manajer yang tidak hanya unggul di bidang akademisi, tetapi juga unggul secara finasial manajemen. Mereka mampu mengembangkan universitas tidak hanya sebagai lahan bisnis semata tetapi mampu mengembalikan fungsi universitas sebagai eskalator sosial ekonomi. Seperti apa yang telah dilakukan Universitas Paramadina dengan pak Anies Baswedan sebagai rektornya.
Salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H