Alhamdulillah, setelah berjuang dengan penuh kegigihan, tim Wanadri akhirnya dapat berkeliling nusantara. Perjalanan ini diselesaikan dalam waktu 3 tahun lamanya. Wow!, sungguh sebuah pengalaman yang sangat luar biasa.
Hebatnya, mereka lalu menuliskan ceritanya itu dalam tiga buku keren yang berjudul tepian tanah air, perahu tradisional nusantara, dan Pulau terluar Nusantara yang diterbitkan oleh penerbit Gramedia.
Pelepasan tim ini dilaksanakan pada 8 Mei 2008 oleh menteri perhubungan, pak Jusman. Dengan kapal laut pinjaman, mereka mengelilingi nusantara yang dimulai dari Indonesia Bagian Barat. Banyak kisah yang dipaparkan oleh kang Saat (pria berusia 57 tahun yg masih energik), namun intinya potensi energi, transportasi, dan komunikasi belum dimaksimalkan di pulau terluar Indonesia.
Ambang Batas Laut (AMBALAT) kita belum dikelola dengan baik oleh pemerintah, dan masih banyak kekurangan di sana-sini yang telah mereka tuliskan dalam ketiga buku yang mereka susun. Kang Saat pun mengatakan kalau Indonesia ini negara laut, tetapi ikan laut kok malah mahal?. Lalu kang saat juga menceritakan tentang kekayaan laut kita yang dikelola oleh pihak asing. Orang asing sangat menikmati kekayaan alam Indonesia.
Pejabat di negeri ini masih kurang memiliki kepedulian dan rasa empati kepada para penduduk di pulau-pulau terluar Indonesia, dan belum mampu menggali potensi daerah perbatasan dengan baik. Padahal kekayaan alam Indonesia sungguh luar biasa. Pulau-pulau terdepan Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alamnya.
Dalam perjalanan ini, tim juga menemukan fasilitas umum milik negara yang tak berguna, seperti gudang bulog, pom bensin, pasar, dan, lain-lain yang fotonya ada dalam buku garapan mereka. Selain itu mereka juga menemukan penangkapan penyu ilegal dari oknum yang hanya mencari keuntungan semata. Merekapun banyak menolong penyu yang sengaja dibuat terbalik agar mati dan penyu bisa dijual dengan harga mahal.
Kang Saat berpesan, negeri ini pantas kita cintai karena potensi daerahnya yang indah dan mempesona. Tinggal kita sendiri yang harus mampu mengembangkan dan menggali potensi daerah. Beliaupun mengatakan belum ada ekspedisi Pulau terluar Indonesia dari TNI angkatan laut atau depertemen perhubungan untuk mengelilingi Nusantara.
Pentingnya pembuatan film diperbatasan nusantara jelas amat diperlukan agar generasi muad eh muda kita menyadari bahwa kita adalah negeri bahari. Hal itu diamini oleh Mbak Jajang (baca yayang) C. Noer yang mengatakan betapa pentingnya kita melihat potensi daerah khususnya di daerah perbatasan. Kasus Sipadan dan Lingitan membuat kita belajar bahwa pengelolaan pulau terluar belum maksimal dilakukan oleh pemerintah.
Sungguh sesi pagi diskusi tentang daerah perbatasan ini membuat saya menjadi sadar bahwa anak sekolahan harus tahu tentang pulau-pulau yang ada di bumi Nusantara. Laut adalah jembatan yang menghubungkan antar pulau-pulau di nusantara menjadi sebuah negara yang bernama Indonesia.