[caption id="" align="aligncenter" width="466" caption="http://indonesiaamericap2p.files.wordpress.com/2011/01/irfan-amalee-buku-peace.jpg"][/caption] Di dalam buku best seller Peace Generation karya Erik Lincoln (USA) dan Irfan Amalee (INA) dituliskan 12 nilai dasar perdamaian. Kedua belas nilai dasar perdamaian itu adalah:
- Menerima diri (proud to be me)
- Prasangka (no suspicion no prejudice)
- Perbedaan etnis (different culture but still friends)
- Perbedaan agama (different faiths but not enemies)
- Perbedaan jenis kelamin (male and female both are human)
- Perbedaan status ekonomi (rich but not proud, poor but not embarrassed)
- Perbedaan kelompok atau geng (gentlemen don’t need to be gangsters)
- Keanekaragaman (the beauty of diversity)
- Konflik (conflict can help you grow)
- Menolak kekerasan (use your brain not your brawn)
- Mengakui kesalahan (not too proud to admit mistakes)
- Memberi maaf (don’t be stingy when forgiving others)
Dari ke-12 nilai dasar perdamaian itu intinya adalah berdamai dengan diri, hambatan menjaga perdamaian, dan jalan menuju perdamaian. Hal yang paling penting dari membaca buku ini adalah kita diharapkan mampumembangun jembatan komunikasi antarumat beragama, sebab selama ini kita telah menghasilkan benteng yang semakin tebal, dan tinggi yang mengurung setiap kelompok umat beragama untuk tidak saling berkomunikasi.
[caption id="" align="alignright" width="112" caption="buku perdamaian"]
Ke-12 Nilai Dasar diatas dikemas kedalam 12 buku berwarna ringkas yang berisikan contoh – contoh kasus yang sering dialami remaja. Buku itu dikemas dalam gambar dan komik yang menarik untuk dibaca oleh pelajar, pendidik, maupun masyarakat umum.
Secara kebetulan, saya membaca buku ini di ruang pak haji Romlan syukur, salah seorang kompasianer yang sudah saya ajak bergabung di kompasiana. Beliau adalah salah seorang trainer hebat, dan juga wakil kepala pengembang pendidikan Labschool Jakarta.
Saya membaca buku bagus ini, sambil mengikuti rapat koordinator website sekolah Labschool. Saya pun langsung melumat habis buku 12 dasar nilai dasar perdamaian itu, dan membuat saya ingin sekali mengenal lebih dalam para penulisnya.
Dari hasil pencarian di Google, ternyata dua orang penulis buku itu adalah dua orang master trainer hebat, dan berbeda bangsa pula. Erik Lincoln berkebangsaan Amerika Serikat, dan Irfan Amalee berkebangsaan Indonesia. Sebuah hasil kolaborasi dahsyat antara dua orang penulis hebat yang berbeda warna kulit, berbeda suku, agama, dan berbeda bangsa. Mereka memiliki visi sama untuk menjaga perdamaian di dunia.
Eric Lincoln, seorang warga negara Amerika, penganut kristen protestan yang taat. Seorang ayah dan suami yang membaca, menghayati serta menerapkan ajaran-ajaran injil. Irfan Amalee, lahir dari keluarga muslim yang taat, puritan. Cita-cita kuat ayahnya agar salah seorang anakya menjadi kiayi menakdirkan Irfan menghabiskan enam tahun masa remaja di pondok pesantren.
Saya menangkap pesan penting kedua penulis yang ingin disampaikan dalam 12 nilai dasar perdamaian itu. Pesan penting itu adalah kita harus membangun jembatan komunikasi pada diri sendiri, dan merobohkan tembok yang memisahkan antara umat manusia. Oleh karenanya ke-12 nilai dasar perdamaian itu mereka latihkan terus menerus kepada para generasi muda agar mereka lebih mengenal nilai-nilai dasar perdamaian. Sebab pada hakekatnya kita semua bersaudara. Janganlah kita saling bertengkar atau saling membunuh antara kita sesama umat manusia. Kita justru harus berkasih sayang kepada sesama.
Berkat kegigihan Irfan Amalee dalam memberikan training atau pelatihan-pelatihan kepada para remaja untuk menciptakan perdamaian di dunia, beliau menerima penghargaan atau Award for Multiculturalism dari Universitas Atmajaya Yogyakarta, bertepatan dengan Dies Natalis UAJY ke-45 di bulan September 2010.
Dalam pidatonya di dalam dies natalis itu, Irfan Amalee mengatakan, "kalau memang agama datang sebagai penerang hidup manusia, maka mengapa justru beberapa hari terakhir ini agama menjadi alasan orang untuk saling bertikai? Ketika agama memerintahkan kita untuk membangun jembatan, justru kini kita sibuk membangun tembok pemisah".
Sungguh sebuah kalimat yang membuat kita semua harus merenung, dan kembali kepada fitrah kita sebagai manusia yang mencintai perdamaian, sebab semua agama mengajarkan perdamaian antar sesama umat manusia. Kitapun menjadi teringat sebuah pesan dari Mahatma Gandhi:Â If You want to make peace In The World, You have to start with Children.
Alangkah bahagianya bila kita sebagai umat manusia di dunia ini saling memahami, dan tidak berprasangka buruk. Tentu itu itu akan bisa terjadi bila kita mampu berdamai dengan diri, dan memahami bahwa kita semua berbeda. Berbeda etnis, berbeda agama, berbeda jenis kelamin berbeda status, berbeda kelompok. Namun perbedaan-perbedaan itu tidak lantas membuat kita terkotak-kotak dan membangun tembok yang tinggi. Justru perbedaan itu harus membuat kita menjadi jembatan komunikasi buat orang lain untuk mampu mengatasi hambatan perdamaian dengan jalan memahami keanekaragaman, menjauhi konflik, menolak kekerasan, mengakui kesalahan, dan mampu memberi maaf. Semua itu adalah jalan menuju perdamaian.
Penulis buku 12 nilai dasar perdamaian telah membuat saya sadar bahwa damai itu indah. Kita pun diarahakan untuk mampu meruntuhkan tembok, dan membangun jembatan antar diri yang berbeda, maka pasti kita bisa menjadi jembatan bagi ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang lain untuk melakukan perdamaian.
Sebagai seorang pendidik, saya merekomendasikan buku yang berupa komik berisi 12 nilai Dasar Perdamaian. Saya menganggap buku ini sangat strategis untuk dibaca oleh banyak orang, mengingat sulitnya ditemui bahan belajar tentang perdamaian bagi anak-anak dan remaja di Indonesia. Buku yang dikemas dalam bentuk komik dan games ini mengajarkan 12 nilai dasar perdamaian dimulai dari damai dengan diri sendiri, menghapus prasangka, menghormati perbedaan, mengatasi konflik hingga sikap memaafkan. Semoga anda dapat menemukan buku ini.
Salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H