Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mungkinkah SBY akan Bernasib Seperti Husni Mubarak?

31 Januari 2011   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:02 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat huru hara yang melanda negara mesir akhir-akhir ini, tentu membuat kita bersedih hati. Kepemimpinan presiden Mesir Husni Mubarak digugat rakyatnya sendiri. Mengapa itu sampai terjadi? Semua itu terjadi, karena seorang pemimpin sudah tak lagi mendengar apa yang diinginkan oleh rakyatnya. Terlalu lama berkuasa membuat seorang pemimpin menjadi kurang peka dengan kondisi rakyatnya sendiri.

Mungkin itu salah satu sebabnya. Sebab yang lain adalah pengaruh amerika serikat yang besar di setiap hampir negara di dunia membuat  banyak negara seringkali tak berdaya menghadapinya. Bagaimana dengan Indonesia?

Bangsa ini akan semakin kuat persatuannya manakala seorang pemimpinnya berlaku adil. Presiden SBY harus adil, dan mau mendengar berbagai masukan dari rakyatnya. Adakan dialog sebanyak mungkin, dan tetaplah bersahabat dengan media.

Kita tahu, pak SBY bisa menjadi orang nomor satu di negeri ini karena media turut berperan dalam politik pencitraannya. Namun seiring perjalanan waktu media pula yang membongkar "borok-borok" pencitraan yang telah dilakukannya. Citra presidenpun menurun drastis. Banyak rakyat sudah mulai tak percaya lagi dengan pemimpinnya. Bahkan ada artikel yang menulis kalau kita sekarang ini telah berada di negeri yatim piatu. Sebuah negeri yang rakyat sendirilah yang harus bersusah payah menghadapi nasibnya. Sedangkan peran negara tidaklah terlihat. Contoh yang paling mudah terlihat adalah di bidang transportasi. Begitu mudah nyawa melayang di jalan.

Kereta bertabrakan dengan kereta itu biasa. Perahu tenggelam, dan kapal terbang terjatuh bukan berita baru. Apalagi kemacetan lalu lintas yang begitu padat membuat kita akhirnya frustasi karena begitu lama waktu yang harus kita tempuh dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja.

Di bidang pendidikan dan kesehatanpun demikian. Masih ada saja rakyat yang mengeluh tak bisa sekolah, dan mendapatkan pendidikan yang layak. Ditambah lagi biaya kesehatan yang mahal membuat rakyat miskin tak boleh sakit. Akhirnya, dibuatlah aksi sosial dengan mengumpulkan koin atau uang receh sebanyak mungkin untuk membantu si miskin berobat dan mengobati penyakitnya.

Kata pemerintah, data kemiskinan menurun, tetapi kata saya kok justru bertambah.

Mungkin itu hanya persepsi saya yang tanpa data. Mungkin itu hanya pendapat pribadi saya yang kurang wawasan pengetahuannya, tetapi kalau saya melihat kenyataan di lapangan dengan laporan pemerintah tentang penduduk miskin negeri ini sangatlah berbeda.

Mungkin saya hanya melihatnya dari kacamata mikro bukanlah makro seperti halnya pemerintah yang didukung oleh para ahli yang berpengalaman dalam menghitung angka kemiskinan.

Bila saya menjadi presiden, maka saya akan tampung semua saran dan masukan. Berprasangka positif, dan justru tidak menganggap bahwa  masukan rakyat adalah sebuah kebencian. Saya akan terus berdialog dengan rakyat dan mengurangi kenikmatan sebagai penguasa. Banyak berpuasa dan merasakan penderitaan rakyat. Saya akan meniru gaya Khalifah Umar Ibnu Khatab ketika memimpin. Beliau mendengar sendiri rintihan rakyatnya.

Bila paresiden SBY mampu belajar dari nasib presiden Husni Mubarak atau presiden -presiden lainnya yang digulingkan rakyatnya sendiri, maka dalam pemerintahan SBY tak akan pernah terjadi rakyat menggulingkan pemerintah. Seperti halnya presiden Soeharto yang digulingkan rakyat di tahun 1998.

Perhatikan masukan dari para pemuka agama, dan perhatikan pula masukan dari berbagai tokoh yang pakar di bidangnya. Dari sana, akan terang benderanglah apa yang diinginkan oleh rakyat. Rakyat kita adalah rakyat Indonesia yang masih berpegang teguh kepada aturan agama, dan pancasila sebagai dasar negaranya.

Cari pemuka agama yang benar-benar merakyat. Cari pula tokoh-tokoh masyarakat yang benar-benar dekat dengan rakyat. Dari para pemuka agama, dan tokoh masyarakat itu akan terlihatlah data yang sebenarnya. Dari mereka yang tulus ikhlas membantu rakyat akan terlihat masukan yang bernas, dan solusi yang tepat agar rakyat sejahtera.

Presiden SBY tak akan bernasib sama seperti presiden Husni Mubarak apabila rambu-rambu  perpolitikan ditaati betul oleh presiden. Memahami benar keinginan rakyat, dan segera bertindak tepat apabila ada persoalan yang mendesak. Politik yang memanas akhir-akhir ini, disebabkan oleh berlarut-larutnya masalah hukum yang seharusnya cepat ditangani oleh aparat penegak hukum. Pecat aparat hukum yang tidak bersih. Janganlah menyapu rumah dengan sapu yang kotor.

Kasus century, dan Mafia perpajakan yang dibuka oleh Gayus membuat banyak rakyat tidak puas dengan kebijakan pemertintah di bidang hukum. Hukum masih terasa kian tidak adil saja, dan rakyatpun akhirnya merasa bahwa hukum rimba terjadi di negeri yatim piatu ini.

Mungkinkah SBY akan bernasib sama seperti Husni Mubarak? Jawabnya ada dalam kepemimpinan presiden SBY itu sendiri. Bila beliau sanggup memimpin Indonesia dengan baik, maka presiden SBY akan sampai pada masa tugasnya di tahun 2014.

Kita pun berharap segera ada perubahan kebijakan di bidang hukum yang membuat rakyat akhirnya percaya bahwa hukum di negeri ini masih menjadi milik rakyat, dan bukan pesanan dari para bos mafia hukum yang dengan mudah mempermainkan hukum.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun