Dengan intuisinya dia memilih untuk tidak banyak bicara, tapi memberikan contoh. Pasang-surut bisnis yang dilakoninya membuat Arifin sadar, untuk tumbuh menjadi pengusaha yang kukuh, proses pengelolaan bisnis yang baik, dan mengedepankan etika menjadi keharusan.
Dalam bahasa populer sekarang, Arifin secara tidak langsung belajar terus untuk mempraktekkan nilai-nilai good corporate governance (GCG), suatu pilihan sikap yang mudah sekaligus sulit.
Mudah, karena sesungguhnya prinsip-prinsip yang diyakini Arifin merupakan common sense dan dirindukan orang banyak. Namun hal itu juga tidak mudah karena lingkungan bisnis kita tidak bersahabat dengan penegakan prinsip-prinsip tersebut.
Suasana batin inilah yang menjadi tema sentral penulisan buku Berbisnis Itu (tidak) Mudah edisi kelima yang saya tangkap. Sistematika penyajian dimulai dengan ringkasan perjalanan Arifin dalam membangun bisnisnya. Di dalamnya, pembaca bisa menyimak kiat dan kegigihannya merintis usaha, dari pemasangan panel listrik, konstruksi pipa, hingga pengeboran sumur minyak.
Di dalam buku ini kita akan menelusuri berbagai contoh praktek bisnis Arifin Panigoro sebagai implementasi dari penegakan prinsip dan etikanya.
Hasil penelusuran saya dalam buku ini mengantarkan pada sembilan prinsip bisnis, yang meliputi intuisi, kesetaraan, kejujuran, percaya diri, jejaring antarkawan, tanggung jawab, sumber daya manusia, kepedulian, dan kegigihan untuk melakukan inovasi yang telah saya tuliskan di atas.
Masing-masing prinsip itu diuraikan lebih lanjut bukan dengan penjelasan teoretis, melainkan dengan pemaparan contoh-contoh sikap dan tindakan Arifin dalam menyelesaikan persoalan, menangkap peluang, merealisasi gagasan, membangun kemitraan, mendorong tumbuhnya semangat entrepreneur, dan mendelegasikan wewenang.
Sikap-sikap inilah yang memungkinkan kelompok usaha Arifin tumbuh sebagai institusi bisnis yang kukuh. Buku ini bukan merupakan potret utuh dari sosok, dan perjalanan bisnis seorang Arifin Panigoro. Apalagi sebagai pengusaha, dia tentu tidak luput dari kritik dan sorotan banyak pihak.
Namun saya percaya Arifin Panigoro memiliki komitmen untuk tidak saja menegakkan prinsip-prinsip pengelolaan korporasi yang baik (GCG), tapi juga menyebarluaskannya kepada khalayak. Semangat ini yang patut dihargai: meskipun tidak sempurna, kebaikan harus terus disebarluaskan.
[caption id="attachment_85509" align="aligncenter" width="461" caption="Omjay dan Buku Berbisnis itu (Tidak) Mudah Edisi Kelima"]
Sebagai seorang pendidik, saya lebih menyorotnya dari sisi pendidikan saja. Saya berpendapat bahwa Arifin Panigoro adalah orang yang mau belajar sepanjang hayat. Mampu merebut masa depan yang gemilang, dan membangun technoprenership yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini. Beliau menguraikannya sangat lugas, dan tangkas. Padahal beliau bukanlah seorang akademisi yang rajin mengetikkan kata-kata atau kalimat yang indah. Dari buku beliau ini, membuat saya yakin bahwa para technoprenership Indonesia akan bersatu dan membangun kembali Indonesia dengan penuh kegemilangan.