Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pilek

21 Januari 2011   21:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="643" caption="http://info-kesehatan.com/wp-content/uploads/2010/08/batuk-pilek-anak.jpg"][/caption]

Negara ini sedang pilek. Sama seperti yang kualami. Lubang hidung sebelah kanan tersumbat, dan di bagian sebelah kiri cairan ingus mengalir deras. Pilek. Tidak enak rasanya.

Kuambil tisue, kubasuh cairan ingusku. "Ih jijik". Tapi itu ingusku bukan ingusmu. Kotoran yang keluar dari lubang hidungku sendiri. Kenapa aku jijik? Bukankah aku harus jujur mengatakan bahwa itu adalah ingusku.

Kalau mau jujur, negara ini sedang pilek. pilek oleh cairan kebohongan, dan kejujuran yang tersumbat. Orang bohong gampang benar bicara. Keluar begitu saja dari mulutnya yang menjijikkan. Seperti cairan ingusku yang terus saja menyusur ke bawah, dan membuatku tak tahan untuk cepat membasuhkanya dengan tisue.

Kejujuran tersumbat oleh kebohongan. Kejujuran hanya sekedar slogan dan bukan tindakan. Kejujujuran seperti aliran nafas yang tidak keluar. Kalau pun keluar, harus dipaksakan. Seperti apa yang kualami di saat pilek ini. Hidungku tersumbat karena pilek, dan nafasku tersengal-sengal tak keluar dari hidung yang tersumbat itu.

Tidak enak rasanya. Tidak nikmat rasanya. Tapi disitu aku menemukan ide untuk menulis, bahwa antara kebohongan dan kejujuran seperti rongga hidungku yang pilek ini. Saling berdekatan, tetapi berbeda.

Kejujuran adalah kejujuran. Tidaklah sama dengan kebohongan.

Orang jujur pasti tak akan berbohong, dan orang bohong karena dia berkata dusta atau tidak jujur. Tidak jujur dengan dirinya sendiri, dan pada akhirnya hati nuraninya bicara. Dasar pembohong!

Kejujuran harus ada dalam diri kita. Kejujuran harus ada dalam nafas-nafas kita. Walaupun kejujuran tersumbat oleh kebohongan, kejujuran pasti akan menang. Perlu obat kuat untuk memenangkannya.

Orang pilek perlu obat pilek. Tak mungkinlah dikasih obat sakit perut. Orang yang suka bohong tentu tak memerlukan obat pilek. Mereka membutuhkan obat hati untuk bisa berlaku jujur.

Ketika hatinya terobati, maka tak akan mungkin dia berkata bohong. Hati yang baik, hati yang sehat adalah hati yang senantiasa berkata jujur. Kejujuran telah membuatnya menjadi sehat. Kejujuran adalah obat mujarab ampuh untuk mengatasi berbagai penyakit yang menjangkiti bangsa ini.

Pilek. lagi-lagi pilek. Bisa kau sembuhkan dengan obat pilek. Tapi bagiku, menulis adalah obat pilekku. Dengan menulis pilekku menjadi sembuh, karena menulis adalah obat mujarab paling ampuh untuk sembuh dari berbagai penyakit.

Pilek harus kusembuhkan sendiri. Bukan orang lain yang menyembuhkannya. Bukan kamu, dan hanya aku yang dapat menyembuhkannya, walaupun mungkin obat pilek itu kuterima dari kamu. Mungkin juga, setelah memakan obat pilek itu aku akan tertidur. Tidur adalah obat pilek yang paling mudah dilakukan.

Mungkinkah bangsa ini harus tidur dulu untuk mengatasi pileknya? Menyembuhkan penyakit kebohongan yang telah menindas kejujuran?

Tidak!!!. Bangsa ini harus bangun dari tidurnya. Dia harus tetap terjaga. Dia tak boleh tidur. Bila bangsa ini tidur, maka kebohongan akan menindas kejujuran.

Biarkanlah Gayus berbohong. Biarkanlah Satgas-satgas itu berbohong, dan biarkanlah para penguasa itu berbohong. Sebab dengan melihat mereka berbohong, maka akan banyak kekuatan rakyat atau people power yang akan melawan kebohongan itu.

Para tokoh agama tentu tak akan tinggal diam. Para cerdik pandai tentu akan gundah gulana. Bila tokoh agama dan cerdik pandai telah bersatu melawan kebohongan pastilah kejujuran akan tegak di bumi Indonesia yang kita cintai ini.

Pilek. Saya benar-benar pilek. Namun alhamdulillah, kuucapkan syukur kepadaNya. Setelah aku menuliskan ini, pilekku pun sembuh. Semoga bangsa ini sembuh pula dari pileknya. Semoga bangsa ini mampu melawan kebohongan yang ditiupkan oleh orang-orang jahat yang hanya mementingkan kelompoknya sendiri. Mari belajar dari Kasus Gayus.

Di pagi menjelang subuh ini, kubuka koran online Republika. Lalu kubaca kolom hikmah yang membuatku tergugah dengan judul kebohongan publik. Anda bisa membacanya di sini klik.

Akhir-akhir ini kata `bohong', apalagi dikaitkan dengan `publik' sangat sensitif dan bisa jadi mengundang kemarahan pihak yang tertuduh melakukannya.

Dusta dan bohong adalah salah satu sifat tercela yang wajib dihindari oleh setiap Muslim. Rasul SAW bersabda, "Sungguh kejujuran mengantarkan kepada kebajikan dan kebaikan akan mengantarkan kepada surga. Seseorang yang selalu berkata benar (jujur), ia akan ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu berkata benar. Dan sungguh kebohongan mengantarkan kepada kedurhakaan dan kedurhakaan akan meng antarkan ke neraka. Seseorang yang selalu berbohong, ia akan selalu ditulis di sisi Allah sebagai seorang pembohong." (HR Bukhari-Muslim).

Semoga kita dijauhkan dari berkata dusta atau bohong. Sebab bohong adalah sifat tercela yang harus dijauhi. Namun kenapa banyak diantara kita yang suka berbohong?

Pilek. Lagi-lagi pilek. Penyakit pilek ini menyadarkanku bahwa antara kebohongan dan kejujuran sangatlah dekat. Seperti angka 11 dan 12. Seperti rongga lubang hidungku sebelah kiri dan kanan.

Perlahan namun pasti, hidung yang tersumbat itu mulai bernafas lega kembali. Cairan ingus yang keluar terus menerus lambat laun membuka, dan tak keluar lagi. Akupun bernafas lega dari hidung kiri dan kanan.

Semoga kebohongan terus membeku, dan tak terjadi lagi di negeri para bedebah ini. Dia harus dibekukan, dan harus diberantas dari diri kita masing-masing.

Bukan hanya ajaran agama Islam saja yang melarang kebohongan. Semua agama yang ada di muka bumi ini pasti melarang orang untuk berkata dusta atau bohong. Mereka pasti akan mengajarkan umatnya untuk berkata jujur.

Akhirnya, penyakit pilek yang menghinggapi diriku ini menyadarkanku. Kejujuran harus menjadi panglima di negeri ini. Bila tidak, maka para bedebah itu akan menguasai Indonesia, dan kebohongan demi kebohongan akan tumbuh subur di negeri yang kita cintai ini.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun