Tegallega di tutup sementara
Kawasan Konservasi Taman Tegallega Bandung untuk sementara ditutup. Penutupan itu dilakukan dalam rangka penataan dari tanggal 1 s.d. 14 Januari 2011. Berita atau informasi itulah yang saya dapatkan ketika pagi ini mengunjungi kembali taman Tegallega bersama anak saya Berlian. Padahal waktu minggu lalu saya ke sini bersama istri, di bagian dalam kawasan ini ramai sekali.
Tadinya saya mau mengajak anak saya Berlian naik delman dengan kambing bandot, dan bukan kuda seperti lazimnya delman pada umumnya. Tentu itu akan membuat lucu, dan akan saya dokumentasikan ketika Berlian naik Delman itu. Tapi sayang harapan saya itu tak menjadi kenyataan. Sebab taman Tegallega yang biasanya dibuka pada hari minggu ternyata ditutup.
Akibat penutupan kawasan konservasi taman tegallega itu, banyak pedagang kaki lima yang biasanya berjualan di dalam terpaksa berjualan di luar. Pejalan kaki pun menjadi susah untuk bergerak, karena dipadati oleh pedagang kaki lima yang mengais rezeki di pagi hari.
[caption id="attachment_82873" align="aligncenter" width="299" caption="Jalanan Ramai dengan Pedagang kaki lima"]
Dalam keadaan ditutup seperti itu, tentu sekitar jalan taman Tegallega menjadi semakin padat, dan banyak pedagang berjualan sampai keluar jalan besar sehingga menimbulkan kemacetan di pagi hari. Kalau sudah begitu, rasanya menjadi sulit sekali diatur.
[caption id="attachment_82874" align="aligncenter" width="448" caption="Sepatu Hiasa untuk anak-anak"]
Saya dan Berlian pelan-pelan menyusuri jalan di sekitar taman itu. Melihat para pedagang yang menjajalan barang dagangannya. Kreatif sekali mereka dalam mengais rezeki. Lalu saya dapatkan sandal anak-anak yang lucu-lucu. Harganyapun murah cuma Rp. 5000,-.
[caption id="attachment_82876" align="aligncenter" width="448" caption="Beli Celengan langsung dikasih nama"]
Tapi anak saya Berlian lebih suka membeli celengan dengan harga Rp. 2000,-. Celengan itu langsung diberi nama oleh Pedagangnya. Saya membeli 2 buah. Satu untuk Berlian, dan satu untuk keponakan saya yang bernama Faisal.
[caption id="attachment_82877" align="aligncenter" width="299" caption="Berlian Bergaya di depan Pedagang Celengan "]
Berlian suka sekali menabung, dan sebagian uang jajannya akan ditabungnya. Saking senangnya, Berlian minta difoto oleh ayahnya di depan tukang dagang celengan itu. Kreatif sekali pedagang ini, sebab dia membuatnya sendiri. Menurut pedagang itu, dia membuatnya dari kaleng bekas benang, dan dilem dengan serbuk kayu serta dicat. Barang rongsokan yang semula sampah, ditangan orang kreatif dapat membawa berkah. Sampah itupun didaur ulang dan disulap menjadi celengan yang menarik.
[caption id="attachment_82878" align="aligncenter" width="299" caption="Berlian Bergaya di dekat pedagang Mainan Barby"]
Dengan gaya imutnya Berlian terus bergaya bak model peragawati. Ikut menemani saya menyusuri jalan-jalan di sepanjang taman Tegallega. Melihat-lihat kreativitas para pedagang kaki lima yang mengais rezeki di pagi hari. Mereka berharap dari orang-orang yang berolah raga pagi akan membeli barang dagangannya.
[caption id="attachment_82880" align="aligncenter" width="448" caption="Spanduk Larangan Untuk Pedagang Kaki Lima"]
Padahal sudah jelas-jelas dipasang spanduk bahwa para pedagang itu tidak diperkenankan berjualan, bertempat tinggal di kawasan Taman Konservasi Tegallega sesuai dengan PERDA No.01 tahun 2008. Namun peraturan tetaplah peraturan yang dibuat untuk dilanggar. Sebab selama pemerintah daerah belum mampu melindungi dengan baik para pedagang kaki lima itu, maka selama itu pulalah peraturan yang dibaut hanya sekedar slogan saja, dan tak pernah digubris oleh pedagang kaki lima itu.
[caption id="attachment_82882" align="aligncenter" width="448" caption="Mainan Barby"]
Sepanjang jalan itu saya temui beraneka rupa barang dagangan dijual orang. Mulai dari makanan sampai mainan anak-anak. Saya pun tersenyum-senyum sendiri ketika saya dapati mainan-mainan boneka barby dijual dengan harga murah. Berlian sangat senang sekali dengan mainan ini waktu kecilnya.
[caption id="attachment_82883" align="aligncenter" width="448" caption="Toko yang dijual murah"]
Lucunya, hewan-hewan ternakpun dijual di sepanjang jalan ini. Mulai dari kelinci sampai tokek. Kata pedagang itu, tokek dijual untuk obat. Gak tau buat obat apa. Saya belum sempat menanyakannya. Kalau anda membutuhkan tokek, belilah di sepanjang jalan taman Teggallega dengan harga murah kalau anda pandai menawarnya.
[caption id="attachment_82884" align="aligncenter" width="448" caption="Berlian dan celengan barunya"]
Saya dan Berlian terus berjalan sampai ke tempat penjualan tanaman hias. Saya melihat pohon jeruk yang sedang berbuah di dalam pot plastik. Kepengen banget memetik buah jeruk itu langsung dari pohonnya. Berlianpun langsung berlaga di depan pohon jeruk itu dengan celengan yang baru saja dibelinya. Ingin rasanya saya membeli pohon jeruk itu dan menanamnya di rumah saya di Bekasi.
[caption id="attachment_82885" align="aligncenter" width="448" caption="Pohon Jeruk yang Menggoda Mata"]
Saya foto jeruk-jeruk yang mulai menguning itu. Banyak sekali jumlahnya. Sayang saya belum sempat bertanya kepada penjualnya berapa harganya.
[caption id="attachment_82886" align="aligncenter" width="448" caption="Berlian dan Bunga Indah di taman"]
Di samping pohon buah jeruk itu ada tanaman bunga yang sedang mekar. Berlianpun langsung berakting di depan pohon bunga itu. Alangkah indahnya bila rumah kita dipenuhi dengan bunga warna-warni. Tentu enak dipandang dan membuat kita kerasan berlama-lama tinggaldi rumah.
[caption id="attachment_82887" align="aligncenter" width="448" caption="Pedagang Kaki Lima yang semakin Ramai Pengunjungnya"]
[caption id="attachment_82890" align="aligncenter" width="448" caption="Pedagang Kaki Lima yang semakin Ramai Pengunjungnya"]
Saya dan Berlian terus menyusuri sepanjang jalan Tegallega itu dengan menggunakan angkot berwarna kuning. Berlian anak saya sudah tak kuat lagi berjalan. Capek katanya. Akhirnya, sayapun memotret situasi Tegallega di pagi hari itu melalui angkot kuning yang saya tumpangi.
[caption id="attachment_82891" align="aligncenter" width="717" caption="Omjay Memotret dari angkot"]
Tegallega memang kawasan ramai yang menarik hati pengunjung. Banyak orang berlalu lalang di sini, sehingga banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan ini. Akibatnya menimbulkan kemacetan di sana-sini dan tak membuat nyaman para pengendara kendaraan bermotor.
[caption id="attachment_82893" align="aligncenter" width="448" caption="Semakin banyak saja pedagang kaki lima di Tegallega"]
[caption id="attachment_82894" align="aligncenter" width="448" caption="Semakin banyak saja pedagang kaki lima di Tegallega"]
Semakin saya menyusuri jalan di sepanjang jalan Tegallega itu, semakin terlihatlah kesemerawutan terjadi. Belum lagi sampah-sampah yang terlihat berserakan di mana-mana menjadi lengkap sudah keadaan Tegallega yang mulai ditutup selama 2 minggu itu. Sayapun kembali menuju Pasir Koja dengan menumpang angkot kuning yang supirnya sangat baik hati. Saya banyak mendapatkan masukan tentang kedaan taman Tegallega di hari-hari biasa.
[caption id="attachment_82895" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Supir yang baik hati mengantar saya pulang"]
Kawasan Konservasi Taman Tegallega Bandung untuk sementara memang ditutup. Semoga tak menutup pintu rezeki bagi orang-orang kecil seperti mereka. Biar bagaimanapun kawasan Tegallega menjadi incaran para pedagang yang ingin menjemput rezekinya di tempat itu. Tinggal pemerintah daerahlah yang harus membina mereka dan memaksa mereka untuk berjualan di tempat-tempat yang sudah disediakan.
[caption id="attachment_82896" align="aligncenter" width="448" caption="Pedagang ikan hias di jalan Peta"]
[caption id="attachment_82897" align="aligncenter" width="448" caption="Pedagang ikan hias di jalan Peta"]
Dari dalam angkot, saya foto-foto penjual ikan hias yang sudah mulai ramai dikunjungi orang di jalan Peta lingkar Selatan Bandung. Banyak sekali ikan hias dan makanannya dijual orang. Nampaknya kota Bandung merupakan surga bagi pedagang kaki lima. Benarkah???
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H