Buruh gendong muncul karena ketimpangan pembangunan desa-kota. Mereka memang berasal dari desa-desa miskin di sekitar pasar itu. Tanh yang tandus dan hasil pertanian yang tak seberapa membuat mereka terpaksa mengandalkan pekerjaan itu.
Profesi itu dipilih karena tak banyak pilihan yang bisa diambil. Lahan pertanian, misalnya, selain tidak memadai luasnya, juga tidak subur. Banyak buruh yang berasal dari keluarga yang tidak punya lahan pertanian. Pekerjaan menjadi buruh gendong adalah pilihan mudah bagi mereka.
Bertahan hidup denga punggung nampaknya kana memenuhi hari-hari mereka bila kita tak memiliki kepedulian kepada sesama. Semoga saja, para pejabat di sana mau memikirkan nasib mereka. Memberi mereka modal untuk berjualan di pasar. jangan biarkan para wanita itu menjadi bongkok di pungungung karena menanggung ebba berat yang harus mereka pikul di punggungnya.
Cerita di kompas cetak hari ini telah membuat saya sedih karena pendidikan belum merata di tanah air kita. Pendidikan masih berpihak kepada si kaya dan belum berpihak kepada si miskin. Semoga Alllah memberia mereka kekuatan untuk merubah nasib mereka. Kita pun tentu tak akan berpangku tangan melihat nasib mereka.
Salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H