Hari ini, Ahad 19 Desember 2010 saya diminta untuk menjadi narasumber dalam seminar nasional pemanfaatan TIK di sekolah. Saya diminta oleh ibu Finita Dewi, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Cabang Purwakarta untuk memberikan pengalaman saya sebagai seorang guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Tema kegiatan seminar ini adalah optimalisasi potensi SDM Indonesia dengan daya saing global melalui pembelajaran TIK di SD. Dalam seminar ini, saya berkolaborasi dengan bapak Dr. Wawan Setiawan, M.Kom dari UPI Bandung.
Dalam bagian pendahuluan, saya mengatakan kepada 300-an orang guru yang hadir di seminar itu bahwa pemanfatan TIK harus diperkenalkan kepada murid atau peserta didik. TIK harus masuk kurikulum sekolah. Sebab di era teknologi tinggi saat ini, perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu cepat. Mau tidak mau, suka atau tidak suka para pendidik dan peserta didik harus mempunyai bekal pengetahuan, dan pengalaman di bidang TIK.
Apalagi dalam aktivitas belajar C-Generation. dimana guru harus mampu melakukan connecting and sharing kepada ara peserta didiknya dengan bentuk yang agak berbeda dengan paradigma lama. Pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Para guru harus mampu memanfaatkan TIK dalam pembelajaran seperti memanfaatkan blog, youtube, facebook, twitter, dan situs jejaring sosial lainnya. para guru dituntut juga tidak hanya mempu mendowload, tetapi juga mengupload file ke internet. Juga harus mempu menciptakan informasi dan bukan hanya mencari informasi saja. Oleh karena itu, dalam aktivitas pembelajaran C-Generation, para guru harus mampu menuliskan informasnya sendiri dan melahirkan konten-konten edukasi.
[caption id="attachment_80632" align="aligncenter" width="448" caption="ibu Finita Dewi, Omjay, dan pak Wawan"]
Masalahnya adalah belum banyak guru yang memiliki kemampuan menulis. Belum banyak guru yang mampu memanfaatkan TIK dengan optimal. Apalagi memanfaatkannya sebagai alat bantu pembelajaran. Struktur dan kultur guru di Indonesia belum siap dalam menguasai TIK. Masih banyak guru yang belum bisa komputer, dan internet. TIK menjadi barang mahal yang nampaknya sulit untuk dipelajari. Padahal tidak demikian.
Dahsyatnya wikileaks yang kita saksikan saat ini, memberikan pelajaran yang bermanfaat kepada kita untuk mampu menguasai TIK dengan baik. Tantangan dasar TIK kedepan harus membuat kita siap dengan globalisasi, demokrasi, dan kemajuan IPTEK. Tentu kita akan menghadapi Konektivitas, Konvergensi, Konten Kreatif, Kolaborasi, dan Kontekstual (5K) dalam era multitasking yang terus berkembang. para guru harus mampu menyipakan mental peserta didik, dan mampu menyiapkan konten edukatif untuk menghadapi generasi berbasis TIK masa depan. Sebab kemajuan TIK telah mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Peran guru sangat penting dalam kemajuan TIK. Guru harus mampu mendidik dengan benar, memahami bakat dan minat anak, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan. Sekaligus juga mampu memfasilitasi kebutuhan belajar anak, walaupun dengan keterbatasan fasilitas.
[caption id="attachment_80649" align="aligncenter" width="448" caption="Peserta seminar berdiri dengan Gembira ketika Omjay bicara"]
Para guru ditutut untuk mampu melakukan proses pembelajaran yang kreatif, dimana guru mampu membuat kurikulumnya sendiri dengan memahami gaya belajar siswa. Guru pun harus mampu pula melakukan refleksi diri tentang gaya mengajaranya melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Dari kemampuan inilah para guru akan mampu mengembangkan potensi unik siswa. Terjadilah proses three in one, dimana guru, peserta didik, dan kurikulum menyatu dalam proses pembelajaran kreatif. (bersambung)
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H