Spanduk Peluncuran Buku Mas Inu
Saya menghela nafas dalam-dalam. Berpikir sejenak dan merenung. Ucapan mas inu dalam peluncuran bukunya kemarin siang terasa masih mengiang-ngiang di telinga.
"Biaya Politik itu Mahal", begitu mas Inu mengatakannya. Oleh karena itu untuk menjadi pemimpin di negeri ini harus memiliki dana yang cukup besar untuk kampanye pencalonannya sebagai presiden. Bila ada seorang pemimpin bagus, tetapi tak memiliki modal besar, maka sulit sekali pemimpin itu untuk bisa terpilih menjadi presiden. Kegelisahan itulah sebenarnya yang ingin disampaikan oleh mas inu dalam bukunya, pak Beye dan politiknya.
Buku pertama Mas Inu
Berbeda dengan buku pertama mas Inu, Pak Beye dan Istananya, buku kedua mas Inu ini begitu menggoda. Apalagi dengan judul pak Beye dan Politiknya.
Mas Effendi Gozali (EG), pembicara kedua pada peluncuran buku ini mengatakan, "Setelah anda membaca buku mas inu, yang suka dengan pak beye akan semakin suka, dan yang benci dengan pak beye akan semakin benci".
Mas Effendi Gozali
Bagi saya secara pribadi buku ini memang sangat menarik. Sebab pak Beye adalah orang pertama di Indonesia yang paling berkuasa. Sebab beliau terpilih menjadi presiden secara langsung oleh rakyat. Tentu kita ingin tahu bagaimana beliau bisa terpilih menjadi presiden, dan langkah-langkah politik apa yang beliau gunakan sehingga menang dalam satu putaran dalam pilpres yang baru lalu.
Mas Sukardi Rinakit
Apalagi setelah mendengarkan pemaparan dari mas Sukardi Rinakit (SR) yang melontarkan istilah baru "demokrasi ala mataraman" yang membuat saya tersenyum-senyum sendiri bila mendengarkannya langsung dari mas SR.
Media Televisipun tertarik untuk meliput