[caption id="attachment_164410" align="alignleft" width="300" caption="Inilah Senyum Termanis sahabatku"][/caption]
Sedih rasanya hati ini melepas kepulangan sahabatku Mas Johan Wahyudi. Beliau adalah seorang guru berprestasi dari SMPN 2 Kalijambe, Sragen Jawa Tengah. Saya melepas kepulangannya di terminal Rawamangun hari Rabu, 9 Juni 2010 pukul 16.00. Hampir saja beliau ketinggalan bus Rosalia Indah, karena keasyikan mengobrol denganku, dan menunggu di warung bakso urat kegemaranku
Kami telah tiba di terminal Rawamangun pukul 14.30 WIB. Sambil menunggu itu, kita mengobrol ngalor ngidul tentang apa yang akan kita lakukan ke depan. Rasanya seperti mimpi bertemu kembali Mas johan. Sebab kami baru dua kali bertemu dan langsung akrab. Seperti mur ketemu baut. Saya merasakan bertemu dengan seorang sahabat yang luar biasa. Guru yang sangat menginspirasi dan pandai sekali menulis buku. Sudah lebih dari 35 buku dibuatnya dan rata-rata buku itu dipakai di sekolah-sekolah untuk pelajaran bahasa Indonesia. Pantaslah bila tahun ini beliau lolos kembali menjadi calon pemenang sayembara naskah buku pengayaan tahun 2010.
Pertemuan saya dengan mas Johan pertama kali adalah ketika kami menjadi pemenang sayembara penulisan naskah buku pengayan tahun 2009. Kami ditempatkan dalam satu kamar oleh panitia di hotel Mega Anggrek Jakarta. Selama menginap di hotel itu, saya merasakan betapa hebatnya sang guru ini. Buku-buku hasil karyanya banyak sekali, dan yang membuat saya terkesan adalah pembawaannya yang periang dan mau untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
[caption id="attachment_164413" align="alignright" width="297" caption="Mas Johan Ketika Bersama Mendiknas Prof. Moh. Nuh"][/caption]
Alhamdulillah, pada saat diumumkan oleh dewan juri, kami berdua mendapatkan juara pertama. Saya di tingkat SMP dan mas Johan di tingkat SMA. Kami membawa pulang uang sebesar Rp. 20.000.000,00 (potong ppn 15%). Hadiahnya diserahkan secara simbolis oleh Mendiknas. Betapa bahagianya kami malam itu, dan kegelapan malam di hotel mega anggrek kami habiskan dengan berkaraoke menyanyikan lagu-lagu kenangan.
Di dalam restoran hotel itu, kami menyanyi tiada henti dan suara Mas Johan dan saya sangat merdu sekali. Saking merdunya tak ada yang mendengarkan kami menyanyi, dan hanya pemain organlah yang manggut-manggut menemani kami. Sungguh sebuah kenangan yang tak terlupakan. (akankah terulang kembali?)
Esok harinya kami berpisah dan kembali ke rumah masing-masing. Segera bertugas kembali di sekolah kami masing-masing.
Sejak saat itu kami hanya berkomunikasi lewat dunia maya saja. Kadang-kadang saling telepon melepas kangen. Saling menyemangati untuk menyelesaikan studi S2 kami.
Sampai suatu ketika Mas Johan kembali ke Jakarta dan menginap di Wisma UNJ Rawamangun. Â Beliau mengatakan akan segera maju sidang dan beberapa hari kemudian alhamdulillah saya mendapatkan kabar beliau lulus dengan nilai terbaik. Saya senang mendengarnya, apalagi ketika beliau diminta untuk berpidato dalam wisuda di kampusnya, Universitas Negeri Semarang.
Kini kami bertemu kembali. Mas Johan bercerita kepadaku bahwa beliau mendapatkan beasiswa dari kemendiknas untuk melanjutkan studi S3-nya. Saya terharu mendengarnya, perjuangannya yang tak mengenal lelah dan selalu membangunkan saya untuk sholat malam melalui SMS telah membuahkan hasil. Mas Johan adalah guru yang sangat menginspirasi. Saya kagum sekali dengan perjuangan dan kegigihan beliau. Seorang guru PNS dari kota kecil Sragen yang mempesona.
Selamat berjuang saudaraku. Doaku menyertaimu. Semoga pada sidang terbuka doktor nanti, saya bisa menyaksikannya. Untuk setahun ini, nampaknya saya harus bisa menahan diri untuk mengabdikan diri di sekolahku dulu. Insya Allah tahun depan aku akan menyusulmu dan mendapatkan gelar doktor pendidikan. Sukses selalu saudaraku. Kita berpisah untuk bertemu kembali.
Â
Salam Blogger Persahabatan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H