Memang serba sulit bila mempunyai istri dua. Kita harus bisa berlaku adil. Bila tak adal kasihan para istri dan anak kita. Mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, sementara ayahnya sendiri tak pernah tahu kalau dia telah berlaku tidak adil.
Oleh sebab itu aku tak pernah bermimpi memiliki istri kedua. Cukup satu saja. satu di Bekasi, satu di Bandung, satu di Surabaya, dan satunya lagi Semarang, hahahahhahaa..........
Tapi kali ini aku terpaksa beristri dua. Bukan karena apa-apa tetapi karena kebutuhan. Saya terpaksa beristri dua sebab saya tak mungkin bisa turut online di rumah sehat kompasiana ini tanpa istri keduaku.
Dia selalu menemani hari-hariku. Dia tak pernah marah dan membantuku memberikan informasi kepada semua. Dia pendiam. Sangat pendiam. Sesekali sih ada juga keluar suara. Tapi kalau aku pengen saja. Biasanya aku membutuhkan suaranya kalau memang aku sedang butuh. Menggaulinya terus setiap hari. Tetapi biasanya bila aku menulis, aku lebih suka bila istri keduaku itu tak bersuara. Entah kenapa saya pun tak tahu.
Kini, istri pertamaku pergi ke Bandung. Sedang berkunjung ke rumah orang tuanya di Bandung bersama anak-anak. Tinggallah aku bersama istri keduaku. Tapi kenapa ya aku justru kesepian?
Ah, daraipada bingung dan pusing, kugunakan saja istri keduaku untuk menunaikan nafsuku dalam menulis. Menulis apa yang kusuka di kompasiana.
Tahukah kamu siapa istri keduaku itu?
Inilah istri keduaku, .................LAPTOP!!!
Istri Keduaku
salam
Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H