Semalam, Minggu 1 Agustus 2010, saya mengantarkan anak saya Intan untuk membeli buku pelajaran di toko buku Gramedia yang berada di Mall Metropolitan Bekasi. Sambil menemani anak saya itu mencari buku yang hendak dibelinya, saya membaca beberapa buah buku TIK SMP dan SMA. Anehnya, dalam buku itu materi yang diberikan di SMP dan SMA hampir sama, dan membuat saya sebagai guru TIK yang telah membuat buku TIK dari kelas VII s.d. IX di SMP tergelitik untuk mengulasnya lebih mendalam di dalam tulisan saya kali ini. Sebab, saya tak ingin kurikulum TIK yang ada di sekolah membingungkan peserta didik dan para orang tua siswa.
Dalam buku, yang ada di toko buku itu, materi presentasi dengan menggunakan program power point diajarkan di kelas XII SMA, sedangkan dalam buku yang lain materi presentasi diberikan juga pada kelas IX SMP. Saya tidak tahu apa yang menjadi pertimbangan penulisnya, sehingga materi yang seharusnya sudah diberikan di kelas IX SMP, justru diajarkan kembali di kelas XII SMA.
Kalau mau jujur, kurikulum TIK di sekolah kita saat ini masih membingungkan. Antara satu sekolah dengan sekolah lainnya belumlah sama. Hal ini disebabkan karena infrastruktur dan SDM guru TIK yang masih kurang. Kultur dan struktur masyarakat kita di daerah masih lemah, dan belum siap menerima perkembangan TIK yang begitu cepat dan pesat pertumbuhannya.
Di sekolah kami, dari tingkat TK, anak-anak sudah diberikan materi tentang pengenalan dan pemanfaatan komputer. Kami punya lab khusus untuk murid TK. Materinya pun disesuaikan dengan anak-anak usia Taman kanak-kanak.
Di tingkat SD, saya pun telah memberikan masukan tentang kurikulum TIK untuk para guru di sana yang secara kebetulan, mereka adalah adik-adik kelas saya di jurusan elektro UNJ.
Pada saat di SMP, saya hanya tinggal menambahkan saja materi TIK yang sudah pernah dipelajari di tingkat SD, sehingga materi yang diberikan sambung menyambung, dan ada koordinasi antara guru TIK dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA.
Di tingkat SMP sendiri, saya dan kawan-kawan pengajar TIK membuat sendiri buku TIK yang bekerjasama dengan penerbit rajagrafindo. Alhamdulillah ketiga buku kami itu telah terbit dan sudah dipakai oleh sekolah selama hampir 2 tahun ini.
Berbekal dari pengalaman saya ketika menjadi tim pengoreksi buku yang dilaksanakan oleh pusat perbukuan, saya menyadari bahwa tidaklah mungkin setiap sekolah mendapatkan materi yang sama di bidang TIK ini. Hal itu dapat dimaklumi tak semua sekolah mampu membeli peralatan komputer PC. Aapalagi bila ditambahkan dengan koneksi internet yang cukup handal. Belum semua sekolah di Indonesia memiliki komputer dan terhubung ke internet.
Oleh karena itu, para guru TIK diminta untuk melakukan kreativitas dalam pembelajarannya yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah diberikan oleh kementrian pendidikan nasional. Bila para guru telah memahami hal itu, saya kira tak ada saling tumpang tindih materi yang diberikan dalam pelajaran TIK. Kita pun kini menjadi maklum kalu kurikulum TIK itu memang membingungkan. Apakah anda juga merasakannya?
Salam Blogger Persahabatan